Monthly Archives: Agustus 2010

Memilih Aplikator Baja Ringan


Selain Mencermati Merek dan Kualitas Fabrikator atau Aplikatornya, Awasi Juga Proses Aplikasinya !!!


Rangka atap baja ringan makin mudah ditemukan di pasaran. Merek yang ditawarkanpun berjibun yang mungkin membuat anda bingung, karena perusahaan yang mengiklankan dan menawarkannya makin banyak. Kita tidak tahu apakah perusahaan itu pabrikan, fabrikator/aplikator, atau sekedar perakit rangka atap dengan sembarang profil baja ringan.

Menurut seorang pemborong di Pondok Aren, Tangerang, sekarang pemasaran rangka baja ringan dilakukan melalui banyak saluran. Kerawanannya, penjelasan pemasar mengenai spesifikasi produk tidak lengkap dan akurat. Profil baja ringan yang dipakai pun bisa apa saja. Saat menawarkan yang disebut merk tersohor, tapi saat aplikasi yang dipakai produk lain untuk menekan harga.

Konsumenpun tidak mengecek kebenarannya, karena sudah tergiur dengan harga miring. Padahal, pemeriksaan itu penting karena sedikit ditemukan kasus rangka atap baja ringan yang roboh. Sementara sampai saat ini belum ada standard konstruksi baja ringan di Indonesia.

Menurut Soebrata Onggowasito, GM PT Pryda Indonesia (Pryda Steelfast), kemungkinan kasus roboh terjadi karena kecerobohan aplikasi atau batang pengaku (bracing tidak dipasang. “Paling rumit memang mengetahui kualitas baja karena nggak kelihatan. Bagi konsumen lebih penting memastikan tanggung jawab aplikatornya, bukan merek profilnya,”katanya.

Berikut Skema Pemasangan Batang Pengaku yang harus diperhatikan :

Jangan mudah tertipu dengan penawaran dari perusahaan baja ringan yang hanya mencantumkan jenis atau tipe kuda-kudanya saja. Faktanya adalah kakuatan utama suatu struktur kuda-kuda baja ringan terletak pada HUBUNGAN STRUKTUR ANTAR KUDA- KUDA, dalam hal ini BRACING atau PENGAKU lah yang memegang peranan utama.

Banyak perusahaan baja ringan yang menawarkan harga murah bahkan ada yang sampai banting harga, tahukah Anda bagaimana mereka menyiasatinya? Betul sekali !, bracing atau pengakulah salah satu item yang mereka kurangi untuk mendapatkan harga minim, tentu saja dengan safety yang minim pula. Sekarang Anda mungkin sedikit mendapat gambaran mengapa banyak konsturksi baja ringan yang melendut ataupun roboh, sehingga Anda dapat lebih berhati- hati dalam menentukan pilihan.

*TIPS : “ Mintalah Detail Gambar Bracing dan Kuda- kuda dalam setiap Surat Penawaran, perusahaan baja ringan yang bagus selalu melampirkannya.”

Peran Fabrikator

Karena itu selain pabrikan yang memproses produk rangka dari bahan dasar coil baja ringan berukuran besar (3-4 feet) menjadi kecil-kecil, lalu membentuknya menjadi profil baja ringan, perlu juga mengetahui kualitas fabrikator (penjual, perakit, pemasang) dengan para pelaksana (aplikatornya).

Menurut Anong Riandono, Showroom & Marketing Manajer PT Cerafurindo Primamandiri (Karangpilang Truss), rangka baja ringan sangat berbeda dengan kayu, karena lebih ringan. Pemasangan harus oleh seorang yang ahli dengan memperhitungkan struktur, denah, dan rencana pembebanan terhadap atap. Perhitungan dilakukan secara computerize dengan software khusus.

Setiap merek memiliki software berbeda. SmartTruss (PT BlueScope) misalnya memakai Supracadd, SteelTruss (PT Alsun Suksesindo) menggunakan framecad pro, Pryda Steelfast, memiliki Pryda Roof. Profil A hanya bisa dianalisis dan didesain dengan software dari merek yang sama. “Kalau sudah terpasang dan kita ingin menambah beban mati lain pada rangka, seperti lampu yang cukup berat, harus diberitahu ke aplikatornya untuk dilakukan perhitungan ulang,”katanya.

Karena itu pemesanan sebaiknya dilakukan kepada fabrikator resmi. SmartTruss misalnya, memiliki 20 fabrikator di seluruh Indonesia, Pryda Stellfast 15 fabrikator. Anda bisa menanyai pabrikan-pabrikan itu untuk mengetahui fabrikatornya. Bila langsung berhubungan dengan fabrikatornya/aplikator, minta mereka menunjukkan sertifikat sebagai fabrikator/aplikator resmi. Baik juga melakukan survei langsung ke proyek yang sedang dikerjakan aplikator agar lebih yakin dengan kualitas pekerjaannya.

Tetap Awasi !!!

“Fabrikator adalah distributor resmi yang memiliki tim aplikator terlatih. Setiap fabrikator tidak harus menjadi anak perusahaan atau mengantongi lisensi seperti frenchise. Tapi, tidak boleh membeli barang ke kita lalu memberi merek sendiri, “jelas Nicholas Kesuma dari PT Alsun Suksesindo. Biasanya, fabrikator memberi garansi material dan struktur untuk setiap aplikasi yang dikerjakannya. Ada juga garansi pabrikan menyangkut kualitas bahan plat baja dan coating-nya. Karangpilang Truss misalnya, memberi garansi dari karat dan korosi terhadap coating bajanya selama 15 tahun dan garansi struktur 3 tahun.

Bisa saja sebuah perusahaan berfungsi sebagai pabrikan sekaligus fabrikator. Alsun adalah pabrikan karena memiliki pusat slitting (pembelahan) dan forming (pembentukkan) sendiri. Tapi, Karangpilang Truss yang bekerjasama dengan PT Krakatau Steel untuk suplai material dan PT Tumbak Mas untuk bahan coating, bertindak sebagai pabrikan sekaligus fabrikator !!

Mengawasi proses aplikasi amat penting karena selain rawan pencurian bracing, kadang aplikator juga suka mengurangi spek. Pemborong di Pondok Aren itu pernah mengalaminya saat mengerjakan rumah di Fatmawati, Jakarta Selatan. ” Dalam PO (purchasing order) rentang kaso disepakati 98 cm, tapi saat dipasang diubah menjadi 120 cm. Saya protes, minta diganti sesuai PO. Coba kalo nggak diawasi, pasti keterusan.”katanya.

Sebelum rangka atap ditutup dengan genteng, cek lagi ada tidak bagian yang melendut. Pastikan struktur rangka atap baja ringan yang dipasang sesuai dengan jenis penutup atap yang digunakan.

Sistem Pemasangan dan Harga

Ada 2 sistem pemasangan rangka atap baja ringan

  1. Pre-fabrikasi
  2. Langsung di tempat

Pada sistem prefabrikasi rangka kuda-kuda sudah dibentuk di pabrik menggunakan mesin. Keunggulannya, setiap sambungan terjamin kekuatan dan presisi. “Sampai di proyek sudah berbentuk segitiga. Kalau bentangnya panjang, kita belah-belah lalu tinggal menyatukannya,” kata Soebrata yang menerapkan sistem fabrikasi.

Tapi menurut Anong yang menerapkan sistem pemasangan di tempat, prefabrikasi memiliki kelemahan, terutama tidak bisa mengatasi kegagalan dalam pembangunan. Soalnya, sering terjadi selisih ukuran antara gambar denah rencana atap dan kondisi lapangan.”Jadi, harus dibongkar lagi atau ditambah struktur-struktur penopangnya”,ujarnya.

Sementara sistem pemasangan di tempat lebih mudah melakukan penyesuaian struktur kuda-kuda dengan kondisi di lapangan. Proses perakitan dilakukan di lokasi mengacu pada gambar kerja dan cutting list sesuai perhitungan software. Kelemahannya, bila cuaca kurang mendukung perakitan bisa terhenti.

Lamanya waktu pemasangan sangat tergantung volume dan tingkat kesulitan atap. SteelTruss, dapat mengerjakan rangka atap seluas 200 m2 untuk rumah tinggal dalam 3-4 hari. Sedangkan Karangpilang Truss untuk aplikasi 100 m2 kurang dari 7 hari.

Harga rangka atap baja ringan bervariasi tergantung jenis penutup atap. Rentangnya antara 120 – 170 ribu/m2 termasuk pemasangan. Untuk genteng keramik yang lebih berat, biayanya lebih mahal karena strukturnya harus rapat. Ketebalan profil juga mempengaruhi harga.

Daftar Pustaka :

Housting Estate, januari 2008

Bajaringan indonesia.wordpress

 

 

 

KSLL Menjawab Solusi Pondasi Ramah Gempa


Pondasi KSLL atau biasa kita sebut Konstruksi Sarang Laba-Laba adalah salah satu produk inovasi anak bangsa yang telah terbukti dipergunakan lebih dari ratusan bangunan di seluruh Indonesia. KSLL yang ditemukan pertama kali pada tahun 1976 oleh Ir.Ryantori dan Ir.Sutjipto ini sangat cocok dipergunakan pada tanah lunak, tanah kembang susut dan daerah rawan gempa. Keampuhan pondasi KSLL terbukti pada kejadian gempa besar yang sering terjadi beberapa waktu lalu, gedung dengan pondasi KSLL tetap berdiri utuh, sedangkan sebagian besar bangunan di sebelahnya yang menerapkan pondasi jenis lainnya runtuh.

Berbagai penghargaan telah disematkan pada KSLL, sebagai pondasi ramah  gempa yang telah banyak menyelamatkan jiwa manusia, antara lian :

  1. Penghargaan dari PU Award 2007.
  2. Penghargaan Ristek Award dan Indocement Award pada 2008.
  3. Penghargaan Produk Asli Indonesia Award 2009, yang diserahkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara.
  4. Upakarti Teknologi Inovasi, pada akhir Desember 2009, yang diserahkan langsung oleh Presiden SBY.

Gambar salah seorang penerima Upakarti yang diberikan pada 25 orang termasuk KSLL

Dikutip :

Techno Konstruksi, Edisi Agustus 2010

Dari beton K200 sampai Green Concrete


Sekarang ini, semua pembangunan sebagian besar menggunakan beton. Perkembangan beton tidaklah meningkat karena dari dulu sampai sekarang bahan untuk membuat beton hanya itu-itu saja. Tapi mungkin sekarang telah dilakukan inovasi pembuatan beton dengan komposisi yang berbeda tetapi dengan tidak membuat kekuatannya semakin jauh berkurang.

Tahun 1950

Kekuatan beton pada tahun 1950 paling tinggi adalah 200 kg/cm2 , atau kita sebut K200. Dia atas tahun 1950-an mulai dikembangkan beton dengan kekuatan 250 kg/cm2, dengan anggapan “kekuatan beton berbanding terbalik dengan jumlah air yang diberikan terhadap semen”.

Kalau terlalu banyak mengurangi air, untuk memperoleh kekuatan beton, maka dampaknya adonan beton sulit untuk dikerjakan (workability) baik itu pengadukan dan penuangan. Sehingga untuk memperoleh beton K250 perbandingan air dan semen (FAS) adalah 0,55.

Tahun 1960

Pada tahun ini perkembangan kekuatan beton sudah mencapai 300 kg/cm2 atau K300. Dengan adanya proyek jembatan Semanggi yang harus menggunakan sistem beton prategang oleh Ir. Sutami mengharuskan mutu beton berkekuatan tinggi. Jika tidak maka beton dapat hancur saat dilakukan penarikan kabel prategang dengan sangat kuat.Dengan menurunkan kadaar air semen sedikit lagi maka beton K300 dapat dihasilkan.

Jembatan Semanggi 2002

Tahun 1970

Pada tahun ini muncul baha tambahan untuk campuran beton (Admixture) yang bisa meningkatkan kinerja beton. Dengan menggunakan admixture kita dapat menghasilkan adonan beton dengan air yang tidak terlalu sedikit dan masih mudah dikerjakan (workability) sehingga dapat dihasilkan beton mutu mnengah.

Kemudian dilakukan pembangunan jembatan Rajamandala yang dirancang Rooseno dengan kekuatan beton  K350 dengan sistem prategang.

Tahun 1980

Pada masa  ini, tepatnya tahun 1987 Supartono bersama timnya dari Universitas Indonesia telah menghasilkan  beton dengan kekuatan 1000 kg/cm2 dengan bahan tambahan (admixture) yang bernama Silica Fume.

Silica Fume

Silica fume adalah bahan admixture yang butirnya berukuran kurang dari 1 mikron, dibandingkan dengan butir semen yang halus yaitu 50 mikron, sehingga Silica Fume adalah populer dengan sebutan Nano Teknologi.


Sekarang !!!!

Pada jaman sekarang sudah melebihi beton High Strength Concrete, Ultra High Strength Concrete malahan Very High Strength Concrete, dengan kekuatan beton 1500 kg/cm2.

Green Concrete

Green Concrete adalah pembuatan beton menggunakan limbah lingkungan untuk menghasilkan beton bermutu tinggi, sebagai contoh :  abu sekam gabah padi yang merupakan sampah yang sangat bermanfaat untuk campuran beton.

Dikutip :

Techno konstruksi, edisi Agustus 2010




Struktur Cangkang


PENDAHULUAN

Cangkang adalah bentuk struktural berdimensi tiga yang kaku dan tipis serta mempunyai permukaan lengkung. Permukaan cangkang dapat mempunyai bentuk sembarang. Bentuk yang umum adalah permukaan yang berasal dari

  1. Kurva yang diputar terhadap 1 sumbu (misalnya, permukaan bola, elips, kerucut, dan parabola),
  2. Permukaan translasional yang dibentuk dengan menggeserkan kurva bidang di atas kurva bidang lainnya, (misalnya permukaan bola eliptik dan silindris)
  3. Permukaan yang dibentuk dengan menggeserkan 2 ujung segmen garis pada 2 kurva bidang (misalnya permukaan bentuk hiperbolik parabolid dan konoid)
  4. Dan berbagai bentuk yang merupakan kombinasi dari yang sudah disebutkan di atas.

Bentuk cangkang tidak harus selalu memenuhi persamaan matematis sederhana. Segala bentuk cangkang mungkin saja digunakan untuk suatu struktur. Bagaimanapun, tinjauan konstruksional mungkin akan membatasi hal ini.

Beban-beban yang bekerja pada cangkang diteruskan ke tanah dengan menimbulkan tegangan geser, tarik, dan tekan pada arah dalam bidang (in-plane) permukaan tersebut.Tipisnya permukaan cangkang menyebabkan tidak adanya tahan Momen yang berarti Struktur cangkang tipis khusunya cocok digunakan untuk memikul beban merata pada atap gedung. Struktur ini tidak cocok untuk memikul beban terpusat. Struktur cangkang selalu memerlukan penggunaan cincin tarik pada tumpuannya.

Sebagai akibat cara elemen struktur ini memikul beban dalam bidang (terutama dengan cara tarik dan tekan), struktur cangkang dapat sangat tipis dan mempunyai bentang yang relatif besar. Perbandingan bentang tebal sebesar 400 – 500 saja digunakan (misalnya tebal 3 in. (8 cm) mungkin saja digunakan untuk kubah yang berbentang 100 sampai 125 ft (30 sampai 38 m). Cangkang setipis ini menggunakan material yang relatif baru dikembangkan, misalnya beton bertulang yang didesain khusus untuk membuat permukaan cangkang. Bentuk-bentuk 3 dimensional lain, misalnya kubah pasangan (bata), mempunyai ketebalan lebih besar, dan tidak dapat dikelompokkan struktur yang hanya memikul tegangan dalam bidang karena, pada struktur tebal seperti ini, momen lentur sudah mulai dominan.

Bentuk 3 dimensional juga dibuat dari batang-batang kaku dan pendek. Struktur seperti ini pada hakikatnya adalah struktur cangkang karena perilaku strukturalnya dapat dikatakan sama dengan permukaan cangkang menerus, hanya saja tegangannya tidak lagi menerus seperti pada permukaan cangkang, tetapi terpusat pada setiap batang. Struktur demikian baru pertama kali digunakan pada awal abad XIX. Kubah Schewedler, yang terdiri atas jaring-jaring batang bersendi tak teratur, misalnya, diperkenalkan pertama kali oleh Schwedler di Berlin pada tahun 1863, pada saat ia mendesain kubah dengan bentang 132 ft (48 m). Struktur baru lainnya adalah menggunakan batang-batang yang diletakkan pada kurva yang dibentuk oleh garis membujur dan melintang dari suatu permukaan putar. Banyak kubah besar di dunia ini yang menggunakan cara demikian.

Untuk menghindari kesulitan konstruksi yang ditimbulkan dari penggunaan batang-batang yang berbeda dalam membentuk permukaan cangkang, kita dapat menggunakan cara-cara lain yang menggunakan batang-batang yang panjangnya sama. Salah satu diantaranya adalah kubah geodesik yang diperkenalkan oleh Buckminster Fuller. Karena permukaan bola tidak dapat dibuat, maka banyaknya pola berulang identik yang akan dipakai untuk membuat bagian dari permukaan bola itu akan terbatas. Icosohedron bola, misalnya, terdiri atas 20 segitiga yang dibentuk dengan menghubungkan lingkaran-lingkaran besar yang mengelilingi bola. Tinjauan geometris demikian inilah yang digunakan oleh Fuller. Kita harus berhati-hati dalam menggunakan cara seperti ini karena sifat strukturnya dapat membingungkan. Keuntungan struktural yang didapat tidak selalu lebih besar daripada bentuk kubah lainnya.

Bentuk-bentuk lain yang bukan merupakan permukaan putaran juga dapat dibuat dengan menggunakan elemen-elemen batang. Beberapa di antaranya adalah atap barrel ber-rib dan atap Lamella yang terbuat dari grid miring seperti pelengkung yang membentuk elemen-elemen diskrit. Bentuk yang disebut terakhir ini yang terbuat dari material kayu sangat banyak dijumpai, tetapi baja maupun beton bertulang juga dapat digunakan. Dengan sistem Lamella, kita dapat mempunyai bentangan yang sangat besar.

Daftar pustaka :

Structure ; Daniel Schodek

Pemilihan Type Alat Pancang dan Berat Hammer


Sebelum kita merencanakan pondasi tiang pancang kita harus mengetahui type-type alat pancang, berat penumbuknya (hammernya) maupun kemampuan alat pancang tersebut.

Sebab belum tentu tiap-tiap type alat pancang tersebut sesuai dengan tiang pancang yang akan kita pancangkan, kondisi tanah setempat dan waktu yang kita perlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pemancangan tersebut :

MISALNYA :

1) Pada pekerjaan pemancangan tiang pancang beton precast yang berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti pada stiff clay, compact gravel dan sebagainya maka akan sesuai bila kita pilih alat pancang yang mempunyai :

  • Berat penumbuk (hammer) yang besar.
  • Tinggi jatuh pendek.
  • Kecepatan hammer yang rendah pada saat hammer menimpa tiang pancang.

Dengan keadaan alat pancang seperti di atas akan diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada penurunan tiang pancang dan mengurangi kerusakan-kerusakan pada kepala tiang pancang akibat pemancangan. ype alat pancang yang sesuai dengan pekerjaan ini adalah type Single – Acting Hammer.

2) Bila pada pemancangan tiang pancang yang ringan atau tiang pipa pada tanah padat akan sesuai bila dipergunakan “double – Acting Hammer”. Dengan alat ini maka kecepatan penumbukan tiang pancang akan lebih cepat bila dibandingkan dengan alat pancang lain. Dengan demikian akan mempercepat waktu pemancangan.

Pada pemancangan tiang-tiang pancang dan baja yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut rusak sebelum mencapai kedalaman yang direncankan, hal ini dapat dihindari dengan :

  • Menggunakan hammer yang lebih ringan
  • Memperpanjang waktu penumbukan
  • Memperlebar jarak tiang (Spacing)

Waktu yang diperlukan untuk pemancangan adalah merupakan faktor yang penting dalam pekerjaan pemancangan tiang pancang. Misalnya saja waktu pemancangan yang diperlukan untuk pemancangan tiang dengan alat pancang drop – hammer relatif lebih lama jika dibandingkan dengan alat-alat pancang type lain. Jadi jelaslah bahwa pemilihan type alat pancang sangat besar pengaruhnya pada perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pemancangan tiang pancang. PEmilihan berat penumbuk (hammer) tergantung pada berat tiang pancang yang akan dipancang.

Hubungan antara berat penumbuk (hammer) dengan berat tiang pancang :

B = 0,5 P + 600 kg *)

Diaman :

B = Berat palu penumbuk (hammer) (kg)

P = Berat tiang pancang (kg)

Jadi misalnya pada pemancangan tiang pancang beton precast dengan ukuran 35 x 35 panjang 15 m maka penumbuk (hammer) yang diperlukan beratnya setidak-tidaknya :

B = 0,5 x 0,35 x 0,35 x 15 x 2400 + 600 = 2805 kg = 2,8 ton

dikutip :

Pondasi tiang pancang jilid 1 , Ir .Sardjono HS.

Alat Pancang (DRIVING EQUIPMENT)


Untuk memancangkan tiang pancang ke dalam tanah dipakai alat pancang (Pile Driving Equipment)

Bagian-bagian yang penting dalam alat pancang :

  1. Pemukul (hammer) : Bagian ini biasanya terbuat dari baja masif/pejal yang berfungsi sebagai palu untuk memukul tiang pancang agar masuk ke dalam tanah.
  2. Leader : Bagian ini merupakan jalan (truck) untuk bergeraknya pemukul (hammer) ke atas dan ke bawah.

Macam-macam leader :

  • Fixed leader (leader tetap)
  • Hanging leader (leader gantung)
  • Swinging leader (leader yang dapat berputar dalam bidang vertikal)

3.   Tali / kabel : Pada drop – hammer kabel ini berguna untuk menarik pemukul (hammer) ke atas sampai pada tinggi jatuh tertentu.

4.    Mesin uap : Untuk menggerakkan pemukul (hammer) pada single atau double acting steam hammer.


Macam – Macam Alat Pancang

Pada dasarnya alat pancang ada 3 macam ialah :

  1. Drop Hammer
  2. Single – Acting Hammer
  3. Double – Acting Hammer

A.     DROP HAMMER

Prinsip Kerjanya :

Penumbuk (hammer) ditarik ke atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang. Alat pancang ini bekerjanya sangat lambat jika dibandingkan dengan alat-alat pancang yang lain dan jarang dipergunakan dalam pembangunan konstruksi berat dan modern.

B.    SINGLE – ACTING HAMMER

Prinsip kerjanya :

Pemukul (Hammer) diangkat ke atas dengan tenaga uap sampai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (Hammer) tersebut jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang. Jadi di sini tenaga uap hanya dipergunakan untuk mengangkat Hammer saja.

C.   DOUBLE – ACTING HAMMER

Prinsip kerjanya :

Penumbuk (hammer) diangkat ke atas dengan tenaga uap samapai mencapai tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk (hammer) tersebut ditekan ke bawah dengan tenaga uap pula. Jadi disini hammer jatuh dengan kecepatan lebih besar daripada single – acting hammer maupun drop hammer.

Dikutip :

Pondasi tiang pancang jilid 1 : Ir. Sardjono HS

Tiang Pancang Beton Khusus (Istimewa)


Tiang-tiang pancang beton istimewa/khusus ini pada umumnya memiliki hak patent.

Tiang Pancang Beton yang Ujung Bawahnya Diperbesar

Tujuan memperbesar ujung bawah ini ialah untuk meningkatkan daya dukung tiang tersebut. Dengan sendirinya pada pemancangan tiang seperti ini lebih sukar dari tahanan pada waktu pemancangan, lebih besar dibandingkan dengan tiang pancang biasa.

Daya dukung tiang ini masih dapat dipertinggi lagi kalau disamping tiang diisi dengan kerikil yang mana akan mempertinggi geseran tiang tersebut dengan tanah. Tiang semacam ini baik sekali dipergunakan pad taah yang masih muda dan akan berkonsolidasi.

Tiang Pancang Tachechi

Tiang ini diketemukan oleh seorang sarjana bengsa jepang yang bernama Tachechi. Tiang ini dicor lebih dahulu kemudian baru dipancang, jadi tiang ini termasuk Precast Concrete pula. Tiang ini sangat berguna pada tanah-tanah yang lunak dan biasanya di samping tiang diisi dengan pasir atau kerikil dengan maksud untuk mempertinggi lekatan antara tiang tersebut dengan tanah.


Dengan adanya cincin-cincin pada jarak-jarak tertentu maka daya dukung tiang ini akan sangat besar bila dibandingkan dengan tiang pancang biasa

dikutip : Teknik pondasi 2, oleh : Ir.Soenarto Sd dan Ir Soekiswo M.

Pondasi Tiang Pancang, jilid 1, Ir. Sardjono Hs.


Sambungan Las


Pengelasan adalah penggabungan logam dengan cara fusi. Logam leleh yang sangat panas dari batang las ditempelkan pada pelat yang disambung. Dengan demikian, titik hubung yang diperoleh akan homogen dan menerus. Sangat banyak jenis titik hubung las, tetapi sebagian besar merupakan variasi dari 2 jenis dasar, yaitu las tumpula dan las sudut (lihat gambar di bawah).

Keruntuhan Las sudut umumnya terjadi pada penampang lintang minimum las

Kekuatan 1 unit las tumpul terhadap tarik sama dengan tegangan izin material las dalam keadaan tarik dikalikan tebal minimum las. Untuk suatu tebal tertentu, panjang las yang digunakan berbanding langsung dengan beban yang disalurkan.

Kekuatan las sudut bergantung pada tahanan geser las pada bidang las dengan luas minimum, seperti pada gambar di bawah :

Apabila tebal las adalah t, maka luas minimum yang dimaksud adalah A = Lt sin 450

dimana L adalah panjang las. Dengan demikian, kekuatan las adalah P = AFv = L (0,707t) (Fv). Tegangan izin material yang umum digunakan adalah Fv = 13600 lb/in2

Dengan demikian P = 9600 tL. Apabila dinyatakan dalam tabel las 1/16 in2 .Dan panjang las 1 in, maka P = (600 lb/in.) / (1/16 in.). Angka-angka seperti ini sangat berguna untuk mencari dengan cepat panjang las dan tebal yang diperlukan untuk nilai beban tertentu. Beban 4800 lb, misalnya memerlukan las 1/16 in. sepanjang 8 in., atau las 1/8 in. sepanjang 4 in., atau 1/4 in. sepanjang 2 in.

Sebagaimana dengan baut, kita harus berhati-hati dalam menggunakan titik hubung las yang dibebani tidak simetri karena pada sistem demikian ada efek torsi. Sebagai contoh, pada profil siku yang dilas ke plat, bebannya kelihatan simetris, begitu pula letak lasnya, tetapi sebenarnya las tersebut menerima beban yang tidak simetris karena titik berat profil tidak simetri.

Dikutip dari :

Struktur, Daniel L.Schondek

Kerusakan Jalan Aspal


Faktor kerusakan jalan sangat beragam, seperti faktor kerusakan konstruksi lain pada umunya. Secara teori jalan rusak karena beban. Kerusakan jalan agak berbeda dengan kerusakan bangunan sipil lainnya, seperti jembatan. Pada  jembatan, misalnya, jika dibebankan dengan beban yang lebih besar dari batas maksimum, maka jembatan akan langsung ambruk. Pada jalan, kerusakan disebabkan repetisi atau pengulangan beban. Artinya beban kendaraan berat sekali lewat mungkin tidak akan menyebabkan kerusakan jalan. Tetapi jika terus menerus jalan akan mengalami kerusakan. Artinya kerusakan jalan adalah di sebabkan “kelelahan” akibat beban berulang.

Hampir semua jalan menggunakan campuran agregat batu pecah dan aspal. Musuh utama aspal adalah air, karena air bisa melonggarkan ikatan antara agregat dengan aspal. Kerusakan yang umum terjadi di jalan-jalan kota  adalah adanya air yang menggenangi permukaan jalan. Pada saat ikatan aspal dan agregat longgar karena air, kendaraan yang lewat akan memberi beban yang akan merusak ikatan tersebut dan permukaan jalan pada akhirnya.

Tipikal kerusakan karena pengaruh air adalah lubang. Sekali lubang terbentuk maka air akan tertampung di dalamnya sehingga dalam hitungan minggu lubang yang semula akan membesar dengan cepat. Itulah sebabnya kerusakan jalan sering dikatakan bersifat eksponensial.

Ketika ikatannya longgarpun, sebenarnya tidak masalah kalau tidak ada beban. Namun, ketika ikatannya lunggar lalu ada kendaraan lewat, inilah yang mengawali kerusakan. Awalnya muncul lubang kecil, kecil tadi semakin membesar. Hubungan kerusakan jalan terhadap waktu terjadi secara eksponensial. Sebenarnya, ketika jalan didesain, ia harus kuat terhadap beban lalu lintas. Umur rencana 5 tahun umumnya diterapkan untuk jalan baru. Jalan yang rusak karena beban biasanya bercirikan retak dan kadang disertai dengan amblas.

diambil dari :

Alvian Dahmur, Techno Konstruksi.

Contoh soal Sifat tanah 1


Rumus Sifat Tanah (MEKTAN)


Inspeksi Sambungan


Pengenalan

Setiap pekerjaan yang mengutamakan mutu di samping produktifitas, maka sudah barang tentu diperlukan inspeksi.

Pada dasarnya kualitas daripada suatu produk dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :

  1. Bahan baku
  2. Pengrjaan
  3. Pengawasan
  • Untuk sambungan las misalnya: apakah bahan yang dilas bebas dari minyak,air,debu dan kotoran-kotoran lain ???
  • Apakah di dalam pengerjaan pengelasan tersebut sudah dilakukan keselarasan antara besarnya heat source (ampere) dengan tebal plat atau logam induknya ??
  • Apakah hasil las-lasan sedah dicek bocor dan tidak serta kuat dan tidaknya??
  • Apakah brander las terlalu cepat atau sudah cukup untuk suatu hasil yang memadai ?!

Ini semua merupakan problematika seorang inspektor teknik.

Penerapan Statistik pada Inspeksi

Terdapatnya air, minyak, kotoran pada logam akan berakibat buruk pada sambungan las. Kecepatan mata bor tanpa diimbangi pendinginan berakibat pada struktur metal. Kekeroposan hasil las-lasan sangat berpengaruh terhadap kekuatan las-lasan. Kurang presisinya pengelingan dapat menyebabkan kebocoran dan lain-lain.

Dilapangan seorang inspector diperlukan untuk bisa mengawasi pekerjaan mulai dari mutu hasil penyambungan seorang pekerja sampai efisiensi biayanya.

Dalam hal monitoring mutu pekerjaan seorang tukang misalnya, maka inspector ini boleh mengambil sampel secara acak (random sampling) untuk diteliti sampai seberapa besar prosentasenya pekerja ini melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Sedangkan terhadap monitoring efisiensi biaya, maka di sini inspector perlu mengkaji sudah seberapa besar produktivitas tukang ini bila ditinjau dari dana yang dialokasikan.

Ini semua adalah informasi yang sangat penting untuk penilaian pekerjaan tukang guna mendapatkan promosi baik gaji, jenjang dan lain-lain.

Teknik Inspeksi dan Jenis-jenisnya

Secara umum teknik inspeksi untuk bahan maupun sambungan dibedakan dalam 2 kelompok :

  1. Inspeksi Merusak
  2. Inspeksi Tanpa Merusak
Inspeksi merusak
  • Tarik
  • Tekan
  • Bengkok
  • Puntir
  • Kelelehan
  • Metallography
  • Impact
Inspeksi Tanpa Merusak
  • Sinar X
  • Radiography
  • Magneet
  • Kebocoran

Dari inspeksi ini dapat disimpulkan baik tidaknya bahan serta hasil penyambungan. Untuk inspeksi tarik misalnya harus dilakukan dengan mesin uji tarik, begitu pula untuk tekan harus diuji dengan mesin ujiny tekan. Test bengkok, puntir, kelelehan, impak harus diuji dengan mesin ujinya masing-masing.

Untuk test Metallografy dilakukan etching lalu diamati dengan microscope dengan terlebih dahulu dibersihkan hasil etsanya dan kadang perlu ditambah bahan kimia tertentu untuk memperjelas teramatinya struktur logam yang dimaksud. Dengan microscope, struktur logamnya difoto terus dibandingkan sesuai dengan refferenc. Dari sini dapat disimpulkan apa sebenarnya struktur logam yang diamati tersebut.

Sedangkan tanpa merusak tadi dapat diberikan sedikit keterangan sebagai berikut :

  1. Test sinar X, di sini dapat dilihat kemungkinan kropos tidaknya  bahan/sambungan.
  2. Test Radiography, di sini prinsipnya menggunakan teori pengiriman serta penerimaan gelombang suara (Ultra Sonic) yang dimaksudkan untuk bisa mengamati kekeroposan sambungan/bahan dengan melihat layar alat kontrol.
  3. Test Magneet mempunyai tujuan sama dengan cara mendeteksi bahan/sambungan melalui sifat-sifat magnet yang bisa menarik bubukan besi. Dari sini daerah keroposnya tertemukan.
  4. Test Kebocoran, di sini bahan/sambungan ditest terhadap kebocoran dengan cara memberikan tekanan (misalnya pada ketel) dan mendeteksi suara atau gejala kebocoran dengan melihat gelembung udara dari pent\yemprotan air.

sumber :

Konstruksi Sambungan Tegar, Ir.Suharto


Koleksi Tiang Pancang Beton


Tiang pancang

Pada umumnya tiang pancang dipancangkan tegak lurus ke dalam tanah, tetapi apabila diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal maka tiang pancang akan dipancangkan miring (batter pile)

Menurut cara pemindahan beban tiang pancang dibagi menjadi 2, yakni :

1) Point Bearing Pile (End Bearing Pile)

Tiang pancang dengan tahanan ujung : tiang ini meneruskan beban melalui tahanan ujung ke lapisan tanah keras.

2) Friction Pile

  • Friction Pile pada tanah dengan butir-butir tanah kasar (coarce grained) dan sangat mudah meloloskan air (very permeable soil). Tiang ini meneruskan beban ke tanah geseran kulit (skin friction). Pada proses pemancangan tiang-tiang ini dalam satu group (kelompok) tiang yang mana satu sama lainnya saling berdekatan akan menyebabkan berkurangnya pori-pori tanah dan meng-compact-kan (memadatkan) tanah di antara tiang-tiang tersebut dan tanah di sekeliling kelompok tiang tersebut. Karena itu tiang-tiang yang termasuk kategori ini disebut Compaction Pile
  • Friction Pile pada tanah dengan butir-butir yang sangat halus (very fine grained) dan sukar meloloskan air. Tiang ini juga meneruskan beban ke tanah melalui kulit (skin friction), akan tetapi pada proses pemancangan kelompok tiang tidak menyebabkan tanah di antara tiang-tiang, ini menjadi”Compact“. Karena itu tiang-tiang yang termasuk kategori ini disebut “Floating Pile Foundation” .

Menurut Bahan yang Digunakan, Tiang Pancang Dibagi 4 yakni :

A) Tiang Pancang Kayu

B) Tiang Pancang Beton

1) Pre-cast Reinforced Concrete Pile : Penampangnya dapat berupa :

a) lingkaran

b) Segi Empat

c) segi delapan

2) Pre-cast Prestressed Concrete Pile

3) Cast in Place

a) Franki Pile

b) Raymond Pile

c) Simplex

d) Mac. Arthur, dll.

C) Tiang Pancang Baja

a) H. Pile

b) Pipe Pile

D) Tiang Pancang Komposite

1)Kayu – Beton

2) Baja – Beton

Kita bahas, tiang-tiang pancang yang sering digunakan saat ini saja, karena tiang pancang kayu sudah jarang digunakan.

Tiang Pancang Beton


1.  Precast Reinforced Concrete Pile

Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton bertulang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat (keras) lalu diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya tiang pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport.

Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (lebih besar 50 ton untuk setiap tiang), hal ini tergantung dari dimensinya.

Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang daripada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang daripada tiang ini kurang, terpaksa harus diadakan penyambungan, hal ini sulit dan memakan banyak waktu.

Keuntungan pemakaian Precast Reinforced Concrete Pile

1) Precast Reinforced Concrete Pile ini dapat mempunyai tegangan tekan yang besar, ini tergantung dari mutu beton yang digunakan,

2) Tiang pancang ini dapat diperhitungkan baik sekali sebagai “End Bearing Pile” maupun sebagai “Friction Pile

3) Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya.

4) Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah seperti pada tiang pancang kayu, maka di sini tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk Poernya.

Kerugian Pemakaian Precast Concrete Reinforced Concrete Pile

1) Karena berat sendirinya besar maka transportnya akan mahal, oleh karena itu Precast Reinforced Concrete Pile ini dibuat di tempat pekerjaan.

2) Tiang pancang beton ini baru dipancang setelah cukup keras (kuat), hal ini berarti memerlukan waktu yang lama untuk menuunggu sampai tiang pancang beton ini dapat dipergunakan.

3) Bila memerlukan pemotongan maka dalam, pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama.

4) Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini tergantung daripada alat pancang (piledriving) yang tersedia maka untuk melakukan alat penyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung khusus.

5) Apabila dipancang di sungai atau di laut, dimana ada bagian dari tiang yang berada di atas tanah (lihat gambar di bawah). Bagian A-B akan bekerja sebagai kolom akibat gaya vertikal dan bagian A-B juga bekerja sebagai balok ccantilever terhadap beban horizontal.

Bentuk-bentuk Penampang

1. Bentuk Persegi (Segi Empat), SQUARE PILE



2. Bentuk Segi-Delapan, OKTOGONAL PILE

3. Selain bentuk di atas, masih ada juga bentuk lingkaran tetapikita memerlukan cetakan khusus untuk membuatnya.

4. Bentuk Patent

Dari bentuk bentuk-bentuk patent ini diantarnya adalah :

    • Chenoweth Pile
    • Corrugated Pile

Ada pula tiang pancang beton yang dibuat ujung bawahnya diperbesar. Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar tahanan ujung. Bentuk ini efektif untuk tiang dengan tahanan ujung (end bearing pile) pada lapisan tanah yang lembek.

2. Cast In Place

Type ini dicor seempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah.

Pada Cast In Place ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

  1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik ke atas.
  2. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton. Sedangkan pipa baja tersebut tetap di dalam tanah.

Franki Pile

Tiang Franki adalah salah satu dari tiang beton yang dicor  setempat (Cast In Place Pile).

Adapun prinsip pelaksanaannya sebagai berikut :

Keterangan Gambar di atas

  1. Pipa baja dengan ujungnya disumbat dengan beton yang sudah mengering.
  2. Dengan penumbuk yang jatuh bebas (drop hammer) sumbat beton tersebut ditumbuk. Akibat dari tumbukan tersebut, pipa beton dan sumbatnya akan masuk ke dalam tanah.
  3. Pipa terus ditumbuk dan sudah mencapai lapisan tanah keras.
  4. Setelah itu pipanya ditarik keluar ke atas sambil dilakukan pengecoran
  5. Tiang Franki sudah selesai, disini sumbat beton melebar sehingga ujung bawah akan berbentuk seperti jamur (The Mushrom Base) sehingga tahanan ujung menjadi besar. Sedangkan permukaan tiang tidak lagi rata, sehingga lekatannya dengan tanah menjadi sangat kasar.

Solid-Point Pipe Piles (Closed – end Piles)

Type ini hampir sama dengan tipe Franki sedangkan bedanya adalah :

  1. Sumbunya bukan dari beton tetapi dari besi tuang (Cast – Iron)
  2. Setelah dicor pipa tetap di dalam tanah tidak ditarik keluar.

Adapun prinsip pelaksanaannya sbb:

  1. Ujung tiang besi dari besi tuang (cast – iron) dimasukkan ke dalam tanah, kemudian pipa diletakkan di atasnya seperti pada gambar. Pada ujung atas pipa dipasang topi kemudian pipa dipancang.
  2. Pipa dipancang ke dalam tanah.
  3. Setelah pipa dipancang sampai kedalaman tertentu, maka pemancangan dihentikan dan jika bagian pipa diatas tanah masih sisa panjang maka harus dipotong
  4. Kemudian di dalam pipa diisi dengan beton, bila pipa kurang panjang maka dapat dilakukan penyambungan dengan “a cast – steel drive sleeve“. Alat penyambung ini dimasukkan ke dalam pipa yang akan disambung kemudian pipa penyambung diletakkan di atasnya dan pemancangan dapat dilanjutkan/diteruskan. Penyambungan dapat pula dilakukan dengan sambungan las.

Tiang tipe ini dapat diperhitungkan sebagai end-bearing pile atau friction pile.


Keuntungan Daripada tipe ini adalah :

  • Ringan dalam transport dan pengangkatan.
  • Mudah dalam pemancangan.
  • Kekuatan tekannya dapt besar.

Open – end Steel Pipe Piles

Tiang ini adalah suatu tiang pancang dari pipa baja dengan ujung bawah terbuka. Adapun prinsip pelaksanaannya sbb :

  1. Pipa baja dengan ujung terbuka dipancang ke dalam tanah.
  2. Bila pipa kurang panjang dapat disambung. (Adapu cara penyambungan pipa dengan type Solid Point Steel – Pipe Pile).
  3. Bila pipa telah mencapai kedalaman yang direncanakan pemancangan dihentikan. Kemudian tanah yang berada di dalam pipa dikeluarkan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan penyemprotan air (water jet), tekanan udara, compressed, coring out dan sebagainya.
  4. Pipa telah bersih dari tanah yang berada dalam pipa.
  5. Pipa diisi dengan beton.

Raymond Concrete Pile

Tiang Raymond adalah salah satu dari tiang yang di cor di tempat dan pertama-tama digunakan sebagai tiang geseran. Tiang Raymond ini makin ke ujung bawah diameternya makin kecil (biasanya setiap 2,5 ft diameter kurang dari 1″)

Karena itu untuk panjang tiang yang relatif pendek akan menghasilkan tahanan yang lebih besar dibandingkan dengan tiang prismatis (diameternya konstant epanjang tiang). Tiang Raymond ini terdiri dari Pipa Shell yang tipis terbuat dari baja dengan diberi alur berspilar sepanjang pipa.

Prinsip pelaksanaan tiang type ini adalah :

  1. karena Shell tersebut tipis, maka pada waktu pemancangan dibari inti core dari pipa baja yang kuat.
  2. Shell bersama-sama dengan inti core dipancang ke dalam tanah, sampai mencapai kedalaman tertentu.
  3. Kemudian inti core ditarik keluar.
  4. Selanjutnya kedalaman Shell tersebut dicor beton.

Panjang tiang Raymond ini maximum 37,5 ft (± 11,25 meter)

Simplex Concrete Pile

Type tiang ini dapat dipancang melalui tanah yang lembek (kurang compact) maupun kedalaman tanah keras. Setelah pipa ditarik bidang keliling (kulit) beton langsung menekan tanah di sekitarnya karena itu tanah harus cukup kuat/teguh dan compact untuk mendapatkan beton yang cukup padat. Kalau tanah tidak cukup kuat dan compact maka dalam pipa dimasukkan Shell pipa yang tipis dengan diameter lebih kecil daripada diameter pipa luar, kemudian beton dicor dan pipa sebelah luar ditarik ke atas.

Adapun prinsip pelaksanaan Simplex ini adalah sbb :

  1. Pipa dipancang dengan ujung bawah diberi sepatu baja sampai mencapai kedalaman yang direncanakan.
  2. Setelah cukup kemudian kedalaman pipa dicor beton sambil pipa ditarik ke atas. Kalau tanah di sekeliling Tiang kurang kuat (compact), maka dalam pipa dimasukkan Shell pipa tipis sebelum beton kita cor ke dalam shell tersebut.
  3. Pipa telah ditarik ke atas dan tiang Simplex telah selesai. Tiang Simplex ini diperhitungkan sebagai end-bearing pile maupun friction pile.

Base-Driven Caused Pile

Type tiang ini adalah termasuk tipe tiang yang dicor setempat dengan pipa baja (cashing) yang tetap tinggal dalam tanah tidak ditarik ke atas. Chasing atau pipa baja terbuat dari plate yang dilas berbentuk pipa.

Diameter pipa berkisar antara 10 sampai dengan 28 inch (25 sampai dengan 70 cm) dengan total 3/8 inch (± 1 cm)

Panjang tiang dapat ditambah dengan cara dilas. Pada ujung pipa (cashing) diberi sepatu dan sumbat beton yang dicor lebih dahulu seperti halnya Franki Pile.

Prinsip pelaksanaan Base Driven Caused Pile:

  1. Pipa baja (casing) yang telah diberi sumbat dipasang pada leader alat pancang (the leader of the pile driving).
  2. Hammer (pelu) alat pancang dijatuhkan bebas (Drop Hammer) ke dalam pipa hingga menumbuk sumbat beton, dan pipa (casing) masuk ke dalam tanah.
  3. Kalau memerlukan penambahan panjang tiang hal ini dapat dilaksanakan dengan cara penyambungan las.
  4. Kemudian pemancangan dilanjutkan lagi sampai mencapai kedalaman yang direncanakan.
  5. Setelah mencapai kedalaman yang direncanakan pemancangan dihentikan dan beton dicor ke dalam casing.

Tiang tipe ini dapat diperhitungkan sebagai end-bearing pile maupun friction pile.

Dropped – in shell Concrete Pile

Type ini adalah suatu type variasi daripada tiang pancang yang dicor setempat tanpa adanya casing permanent yang tetap tinggal di dalam tanah. Sebagai ganti daripada casing dipergunakan shell logam tipis yang dimasukkan ke dalam casing luar kemudian setelah beton dicor casing luar ditarik ke atas.

Type ini digunakan bila pembuatan tiang yang dicor casing setempat tanpa adanya casing sukar dilaksanakan misalnya seperti di tanah pasir.

Bila casing bagian luar ditarik maka akan terjadi rongga di sekeliling shell yang mana rongga ini akan diisi dengan kerikil. Dengan demikian kerikil ini akan memperbesar geseran antara tanah dengan tiang.

Diameter casing bagian luar ini berkisar antara 12″ sampai 20″ (30-50 cm) dengan panjang 75 feet (22,5 meter).

Adapun pelaksanaan tiang pancang type ini secara singkat :


Keterangan Gambar di atas :

a) Perlengkapan tiang ini terdiri dari

  1. Casing Luar, yaitu pipa bagian luar
  2. Caore (Inti) pipa bagian dalam.

(a) Diameter dasar core ukurannya sedemikian sehingga core ini dapat tepat masuk dalam casing.Casing luar dan core di dalamnya dipancang bersama-sama ke dalam tanah hingga mencapai lapisan tanah keras.

(b) Setelah sampai lapisan tanah keras core ditarik ke atas dan shell dimasukkan dalam casing tersebut. Shell ini terbuat dari logam yang tipisdan ringan dengan permukaan diberi alur spiral.

(c) Kemudian beton dicor ke dalam shell sampai penuh dan padat. Setelah penuh core dimasukkan lagi ke dalam casing sedemikian sehingga bawah ujung core (sepatu)  akan terletak pada permukaan beton yang telah dicor dalam shell. Kemudian casing ditarik ke atas (keluar) sedangkan shell dan beton tetap berada pada posisinya karena ditahan oleh core dan hammer alat pancang yang diletakkan di atas core.

(d) Casing telah ditarik keluar, kemudian lubang di sekeliling shell diisi dengan kerikil.


Kejelekan Cast in Place
  1. Kebanyakan dilindungi oleh hak patent
  2. Pelaksanaannya memerlukan hak khusus.
  3. Beton dari tiang yang dikerjakan secara cast in place tidak dapat dikontrol.
Kebaikan Cast in Palace
  1. Pembuatan tiang ini tidak menghambat pekerjaan
  2. Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport
  3. Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan lapangan.

Sebenarnya masih ada 2 lagi pondasi yang Cast in place, tapi wes gak kuat nulise

hahahahah!!!!

Sumber:

Pondasi Tiang Pancang : Ir. Sardjono HS.

Kekuatan Baja Tulangan


Jenis Baja Tulangan

Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan pada elemen beton bertulang di batasi hanya pada Baja Tulangan dan Kawwat Baja saja. Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan tulangan lain, selain dari baja tulangan atau kawat baja tersebut.

Baja Tulangan yang tersedia di pasaran ada 2 jenis, yaitu

  1. Baja Tulangan Polos (BJTP)
  2. Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD)

Tulangan Polos biasanya digunakan untuk tulangan geser/begel/sengkang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal sebesar 240 MPa (disebut BJTP-24), dengan ukuran Ø6, Ø8, Ø10, Ø12, Ø14 dan Ø16 (dengan Ø menyatakan simbol diameter polos).

Tulangan Ulir/deform digunakan untuk untuk tulangan longitudinal atau tulangan memanjang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa (disebut BJTD-30). Ukuran diameter nominal tulangan ulir yang umumnya tersedia di pasaran dapat dilihat di bawah :

Kuat tarik Baja Tulangan

Mesikpun baja tulangan mempunyai sifat tahan terhadap beban tekan, tetapi karena harganya yang mahal maka baja tulangan ini hanya diutamakan untuk menahan beban tarik pada struktur beton bertulang, sedangkan beban tekan yang bekerja cukup ditahan oleh betonnya.

Hubungan antara tegangan dan regangan tarik baja dilukiskan pada gambar di bawah :

Modulus Elastisitas Baja Tulangan

Dari hubungan tegangan-regangan tarik baja tulangan, terlihat sudut α (alpha), yaitu antara garis lurus kurva yang ditarik dari kondisi tegangan nol sampai tegangan leleh (fy) dan garis regangan (εs). Modulus elastisitas baja tulangan (Es) merupakan tangens dari sudut α (alpha) tersebut. Menurut Pasal 10.5.2 SNI 03-2847-2002, modulus elastisitas baja tulangan non pratekan Es dapat diambil sebesar 20000 MPa


Perlakuan Tanah Akibat Beban Pondasi Kaku Pada Tanah Pasir dengan PLAXIS


Sebelumnya, materi yang satu ini saya kutip dari buku yang di tulis oleh Dosen saya Pak Abdul rochim, ST,MT. Semoga bermanfat bagi pembaca-pembaca sekalian. AMIN . . .

GEOMETRI STRUKTUR

Sebuah pondasi lingkaran seperti di atas dengan jari-jari 1 meter terletak pada suatu lapisan pasir yang mempunyai ketebalan 4 meter dan di bawah lapisan tersebut terdapat lapisan batu sampai jauh ke dalam.

Tujuan dari latihan ini adalah untuk mencari displacement dan stress di dalam tanah yang disebabkan oleh adanya beban di atasnya. Perhitungan ini berlaku untuk model element hingga untuk kedua situasi di atas juga sama. Untuk menghindari pengaruh-pengaruh batas luar dan gangguan mekanis yang mungkin di dalam tanah pasir, model diperpanjang dalam arah horizontal sampai total radius 5 meter.

PONDASI KAKU (RIGID)

Dalam perhitungan pertama pondasi di anggap sangat kaku (Rigid). Untuk menyelesaikan perhitungan penurunan pondasi disimulasi dengan cara indentasi seragam pada atas lapisan pasir sebagai pengganti pemodelan pondasi itu sendiri.Pendekatan ini mengarahkan ke suatu model yang sangat sederhana dan karenanya dipakai sebagai latihan pertama, tetapi ini juga mempunyai beberapa kekurangan. Sebagai contoh, ini tidak memberikan informasi apapun tentang gaya-gaya struktur pada pondasi tersebut. Bagian kedua latihan ini memakai beban luar pada pondasi fleksibel, yang merupakan pendekatan model yang lebih baik.

Langkah 1

Masuk program PLAXIS 7.1.1

Langkah 2

Klik  Input untuk membuat New Project.

Langkah 3

Pada form Create/Open Project pilih Open New Project.

Langkah 4

Pada form General Setting, saya akan memasukkan LATIHAN 1 pada Tittle, dan General Model saya ganti menjadi AXISYMMETRY karena membahas tentang pondasi lingkaran, dan juga untuk General Element saya ubah menjadi 15 NODE. Kalau sudah klik NEXT !!!

Langkah 5

Pada form General Setting ini, pada General Dimensions saya akan mengubah Right sebesar 5 m dan Top sebesar 4 m, sesuai dengan soal kita di atas. Untuk yang lainnya kita biarkan default. Kalau sudah klik OK!!!

Langkah 6

Sekarang Jendela Area Gambar sudah terbuka, langsung saja klik Geometry Line yang secara default sudah terpilih.

Langkah 7

Selanjutnya buat garis pada koordinat (0,0), (5,0),(5,4),(0,4) dengan meng-klik kiri mouse pada tiap-tiap titik dan terakhir kembali ke (0,0) dan kemudian klik kanan untuk mengakhiri. Untuk melihat ordinat-ordinat titik yang akan kita gambar lihatlah bagian yang saya lingkari pada gambar di bawah.

Langkah 8

Sekarang kita akan membuat kondisi batas (boundary condition) caranya : klik STANDARD FIXITIES, maka secara otomatis tepi bagian bawah terpasang full fixity dan di samping kiri-kanan terpasang roller. Seperti pada gambar di bawah.

Langkah 9

Untuk memberikan beban pada area gambar, klik PRESCRIBED DISPLACEMENT pada toolbar, lalu klik kiri di titik (0,4) dan (1,4) setelah itu klik kanan untuk mengakhiri, maka akan terlihat seperti gambar di bawah.

Langkah 10

Sekarang kita akan menentukan material lapisan pasir, dengan cara : klik icon MATERIAL SET. Setelah form Material Set muncul, biarkan default lalu klik NEW.

Sebelum saya lanjutkan ke langkah selanjutnya, saya akan memberikan data properties material pasir yang akan kita buat, guna dimasukkan pada langkah selanjutnya, berikut :

SAND

Langkah 11

Isikanlah menurut data-data di atas, kalau sudah klik NEXT !!!

Langkah 12

Isikan juga berdasarkan data pasir di atas. Kalau sudah klik OK!!!

Langkah 13

Lalu pada form Material Sets, SAND sudah terdaftar pada list, lalu draglah SAND pada area kerja kita, sehingga area kita menjadi berwarna biru seperti gambar di bawah !!

Langkah 14

Lalu klik Icon Generate Mesh pada Toolbar, lalu akan muncul jendela baru (lihat gambar di bawah).

Langkah 15

Langkah 16

Setelah itu akan muncul jendela Water Weight, biarkan tetap default. Kemudian klik OK!!!

Langkah 17

Setelah itu area yang sudah kita gambar akan berubah menjadi abu-abu, lalu klik Initial Stresses and Geometry.

Langkah 18

Setelah layar  kembali biru klik Generate Initial Stresses pada Toolbar.

Langkah 19

Pada form KO-Procedure biarkan dalam  keadaan default, lalu klik OK!!!

Langkah 20

Maka akan muncul jendela Output seperti di bawah, gambar di bawah adalah keadaan tanah pada Principal Condition.

Langkah 21

Untuk melihat kondisi tanah yang lain, gunakan droplist. Gambar di bawah adalah kondisi Mean Contour.

Langkah 22

Berikut pada keadaan Relative Shear Contour.

Langkah 23

Berikut Pada kondisi Mean Shading.

Langkah 24

Berikut pada  kondisi Relative Shear Shading.

Sebelum masuk ke langkah 26, anda klik UPDATE, setelah keluar jendela klik CALCULATE, maka anda disuruh menyimpan data yang anda buat.

Langkah 26

Sekarang kita sudah sampai program CALCULATION,sekarang masuk pada Menu GENERAL pada Phrase > Number/id saya berikan nama Indentation.

Langkah 26

Sekarang pilih MULTIPLIERS pada Σ-Mdisp dan Σ-Mweight isikan = 0.1, lalu klik PARAMETERS.

Langkah 27

Setelah itu saya masuk pada PARAMETERS, di sini ada yang saya UNCHECK, tapi di CHECK juga gak pa2, sudah saya coba.

Langkah 28

Klik tombol Set Points for Curve pada toolbar, seperti pada gambar di bawah.Maka akan muncul jendela seperti di bawah.

Langkah 27

Lalu klik ordinat (0,4) sampai muncul huruf A seperti dibawah.

Langkah 28

Setelah kebali ke jendela sebelumnya klik CALCULATE.

Langkah 29

Setelah menganalisis akan dihasilkan gambar seperti di bawah.

Langkah 30

Lalu klik DEFORMATIONS > TOTAL DISPLACEMENT


Langkah 31

Lalu saya ganti pengaruh deformasi menjadi Arrow.

Langkah 32

Lalu dengan Contour lines.

Langkah 33

Lalu Shading.

Sifat Tanah


PERSOALAN MEKANIKA TANAH

Persoalan tanah secara garis besar di klasifikasikan sebagai berikut :

  1. Hal keseimbangan atau stabilitas
  2. Hal Deformasi elastis dan plastis
  3. Hal Drainase

1) Stabilitas, untuk ini harus di ketahui :

  • Beban/Muatan yang bekerja pada tanah
  • Besar dan distribusi tekanan akibat muatan terhadap tanah
  • Perlawanan dari tanah
  • A> (Muatan yang bekerja pada tanah tergantung dari tipe/macam struktur dan berat tanah)
  • B> (Tanah di anggap material yang isotropis, tekanan dapat di hitung secara analisa matematik)
  • C> (Perlu adanya pengambilan contoh tanah untuk penyelidikan di laboratorium buat mengetahui karakteristik atau sifat tanah).

2) Deformasi, dapat dalam keadaan plastis atau elastis. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu di ketahui :

  • Muatan yang bekerja (beban kerja)
  • Besar dan distribusi tekanan yang berpengaruh.
  • Besar dan perbedaan penurunan.

3) Drainase, menyangkut hal Deformasi dan Stabilitas.

SIFAT-SIFAT PENTING TANAH

Sifat-sifat penting tanah untuk sebuah proyek tergantung pada jenis/fungsi proyek. Sesuai dengan sifat-sifatnya, penting diketahui tipe proyek yang dilaksanakan.

Adanya sifat-sifatnya antara lain :

a) Permeabilitas (Permeability)

Sifat ini untuk mengukur/menentukan kemampuan tanah di lewati air melalui pori-porinya. Sifat ini penting dalam bendung tanah urugan (earth dam) dan persoalan drainase.

b) Konsolidasi (Consolidation)

Pada konsolidasi dihitung dari perubahan isi pori tanah akibat beban. Sifat ini dipergunakan untuk menghitung penurunan (settlement) bangunan.

c) Tegangan Geser (Shear Strength)

Untuk menentukan kemampuan tanah menahan tekanan-tekanan tanpa mengalami keruntuhan. Sifat ini dibutuhkan dalam perhitungan stabilitas pondasi/dasar yang dibebani, stabilitas tanah isian/timbunan di belakang bangunan penahan tanah dan stabilitas timbunan tanah.

Sifat-sifat fisik lainnya adalah batas-batas Atterberg (Atterberg Limit), kadar air, kadar pori, kepadatan relatif, pembagian butir, kepekaan dan sebagainya.

HUBUNGAN BERAT DAN VOLUME

Tanah terdiri dari 2 bagian, yaitu

  1. Padat
  2. rongga

Bagian padat terdiri dari partikel-partikel padat, sedangkan bagian berongga terisi air atau udara sepenuhnya bila tanah itu jenuh atau kering. Apabila gumpalan tanah tidak sepenuhnya dalam keadaan basah (jenuh), maka rongga tanah akan terisi oleh air atau udara.

Sekarang kita ambil tanah dengan volume V.

Volume Total (keseluruhan) terdiri dari bagian-bagian seperti gambar di bawah :

Keterangan ;

V = Volume Keseluruhan (Total)

Va = Volume Udara (Dalam Bagian Berongga)

Vw = Volume Air (Dalam Bagian Berongga)

Vs = Volume Butir Tanah

Vv = Volume Rongga =  Va  + Vw

W = Berat Total Tanah

untuk W yang lain dapat di simpulkan sendiri. . . .

BATAS-BATAS KONSISTENSI (BATAS-BATAS ATTERBERG)

Batas-batas Atterberg tergantung pada air yang terkandung dalam massa tanah tanah, ini dapat menunjukkan beberapa kondisi tanah sebagai berikut :

  1. Cair
  2. Kental
  3. Plastis
  4. Semi Plastis
  5. Padat

Perubahan dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain sangat penting di perhatikan sifat-sifat fisiknya.

Batas kadar air tanah dari satu keadaan berikutnya dikenal sebagai batas-batas kekentalan/konsistensi.

Batas-batas konsistensi yang penting adalah :

  1. Batas Cair (Liquid Limit) = LL , Menyatakan kadar air minimum dimana tanah masih dapat mengalir di bawah beratnya atau kadar air tanah pada batas antara keadaan cair ke keadaan plastis.
  2. Batas Plastis (Plastis Limit) = PL, Menyatakan kadar air minimum dimana tanah masih dalam keadaan plastis ayau kadar air minimum dimana tanah dapat si gulung-gulung sampai diameter 3,1 mm (1/8 inchi).
  3. Batas Susut (Shrinkage Limit) = SL, Menyatakan batas dimana sesudah kehilangan kadar air, selanjutnya tidak menyebabkan penyusutan volume tanah lagi.

Daftar Pustaka :

Buku Mekanika Tanah, Ir.Sunggono kh

Menentukan Kebutuhan Tulangan Lentur dan Tulangan Geser pada Portal Sederhana dengan SAP 2000


Portal seperti gambar di atas, mempunyai 2 tingkat,

  • Ukuran kolom 1,2,3,4 = 30×30 cm
  • Ukuran balok 5 dan 6 = 25×40 cm

Bahan :

  1. F ‘c (Kuat Desak Beton) = 22,5 MPa
  2. Fy (Tulangan Lentur) = 320 MPa
  3. Fys (Tulangan geser) = 240 MPa
  4. Beban Mati = 1 t/m’
  5. Beban Hidup = 0,5 t/m’

Kita akan mencari kebutuhan Tulangan Lentur dan Tulangan Gesernya!!!

Langkah 1

Klik New Project, ubah satuan jadi Ton-Meter > lalu pilih Grid Only.


Langkah 2

Lalu saya akan memakai direction x dan z saja, seperti perintah soal tersebut karena hanya portal 2D.Pada X direction saya tuliskan 2 karena pada arah horisontal hanya ada 1 baris. Dan pada arah Z direction saya tuliskan 3 karena pada arah vertikal terdiri dari 2 tingkat. Kalau saya isikan Y direction = 1, itu sama artinya arah y nya = 0, atau tidak akan digambar oleh SAP. Untuk Grid Spacing itu jarak dari tiap 1 baris atau tingkat.

Langkah 3

Saya langsung menutup jendala yang satu. Tampak garis grid saja tanpa ada frame.Akan saya lihat tampak depan dengan klik XZ PLANE

Langkah 4

Saya akan langsung menggambar frame secara default yaitu dengan frame W18x35, sesuai dengan soal yang di atas. Tapi nanti saya akan mengubah frame-frame sesuai ukuran kolom dan balok serta bahan-bahan lainnya.

Langkah 5

Pilih 2 joint untuk tempat perletakan tumpuan. Lalu klik : ASSIGN > JOINT > RESTRAINT

Langkah 6

Pada form Joint Restraint klik Sendi, seperti gambar dibawah, lalu klik OK!!!

Langkah 7

Tampak tumpuan jepit sudah terpasang sekarang, lalu kita akan mengatur material beton baik dimensi dan kekuatannya.Caranya : klik DEFINE > MATERIAL.


Langkah 8

Muncul form Define Material, lalu aktifkan concrete dan klik Modify Show Material.

Langkah 9

Ubah kuat tekan beton,kuat tulangan lentur dan kuat tulangan geser sesuai dengan soal di atas seperti gambar di bawah.Kalau sudah klik OK!!!

Langkah 10

Lalu klik DEFINE > FRAME SECTION, maka akan muncul form Frame Section seperti gambar di bawah, lalu pilih Add Rectangular kemudian klik Add New Property.

Langkah 11

Setelah muncul form Rectangular Section, pastikan materialnya adalah Concrete, lalu beri nama B25x40 (artinya Balok ukuran 25 x 40), lalu masukkan lebar dan tingginya sesuai dengan ukurannya dalam soal.Kalau sudah semua klik Concrete Reinforcement.

Langkah 12

Pada form Reinforcement Data, pilih BEAM karena kita sedang membuat penampang balok, lalu isikan ketebalan selimut beton atas dan bawah dari sumbu tulangan adalah 0.04 , artinya 0,04 meter atau  4 cm. Lalu tekan OK!!!

Langkah 13

Sesampai pada form Frame Properties klik Add Copy of Property dari Balok yang sudah kita buat karena kita akan membuat Kolom dengan penampang segi empat juga.

Langkah 14

Pertama-tama saya akan merubah Section Name menjadi K30x30 lalu ukuran kolomnya saya isikan tinggi 0,3 meter dan lebar 0,3 meter. Kalau sudah klik concrete Reinforcement.

Langkah 15

Setelah masuk form Reiforcement data, design type adalah kolom,dan saya akan mengganti banyaknya tulangan horizontal dan vertikal adalah 4 dan 3.

Langkah 16

Dapat dilihat bentuk, dimensi dan jumlah tulangan yang kita atur pada kolom 30×30. Kalau sudah klik OK!!!


Langkah 17

Klik dua buah frame kolom seperti gambar di bawah.

Langkah 18

Kita akan mengganti frame default kita (W18x35) dengan kolom concrete 30×30 yang sudah kita buat.Klik ASSIGN > FRAME/CABLE/TENDONS > FRAME SECTION.

Langkah 19

Pilih K30x30 pada List Properties, lalu klik OK!!!

Langkah 20

Pada frame kolom sudah berubah menjadi K30x30 sekarang kita klik kedua balok dan klik ASSIGN > FRAME/CABLE/TENDONS > FRAME SECTION.

Langkah 22

Pilih B25x40 pada List Properties, lalu klik OK!!!

Langkah 23

Dapat dilihat frame balok sudah berubah menjadi B25x40, lalu saya akan membagi frame kolom menjadi 2 bagian, karena dari tingkat1 sampai 2 terlihat frame kolom menerus menjadi 1 bagian saja.Aktifkan 2 buah kolom seperti gambar di bawah.

Langkah 24

Selanjutnya pilih EDIT > DIVIDE FRAMES.

Langkah 25

Pastikan Divide into adalah 2 (artinya frame akan di bagi menjadi 2 bagian)

Langkah 26

Sekarang frame kolom sudah di bagi menjadi 2 bagian, lihat gambar di bawah.

Langkah 27

Selanjutnya kita akan mengatur beban yang bekerja pada portal baik beban mati ataupun beban hidup.Klik DEFINE > LOAD CASES.


Langkah 28

Tambahkan beban hidup pada kotak beban, pastikan SWM (beban sendiri struktur adalah 0).Lalu klik Add New Load untuk menambahkan beban hidup ke dalam list.

Langkah 29

Aktifkan kedua balok B25x40, karena kita akan memberikan beban di atas kedua balok tersebut, baik beban mati atau beban hidup.

Langkah 30

Sekarang kita akan memberikan beban merata di atas balok, caranya : ASSIGN > FRAME/CABLE/TENDON LOADS > DISTRIBUTED.

Langkah 31

Pada soal Beban Mati adalah 1 ton/m’, maka pastikan DEAD aktif dan tulis 1 pada Uniform Load, artinya beban mati sebesar 1 ton merata pada semua penampang balok.

Langkah 32

Dapat dilihat sekarang beban mati merata sebesar 1 ton aktif pada penampang balok (lihat gambar di bawah).

Langkah 33

Sekarang klik icon PS (Previous Selection) maka SAP akan mengaktifkan frame balok yang kita aktifkan sebelumnya.Lalu klik ASSIGN > FRAME/CABLE/TENDON LOADS > DISTRIBUTED.


Langkah 34

Tapi sekarang kita akan memberikan Beban Hidup jadi pastikan HIDUP aktif dan pada Uniform Load tuliskan 0,5, artinya beban hidup merata sebesar 0,5 ton pada penampang balok.

Langkah 35

Dapat dilihat pada gambar di bawah beban hidup sebesar 0,5 ton pada balok sudah aktif.

Langkah 36

Sekarang saya akan menampilkan Penampang (frame yang sebenarnya) tidak hanya berupa garis-garis kuning saja. Caranya : klik SET DISPLAY OPTION pada kolom GENERAL aktifkan EXTRUDE VIEW. Kalau sudah klik OK!!!

Langkah 37

Sekarang penampang tampil seperti ukuran asli yang telah kita buat sebelumnya. Pada gambar di bawah saya langsung menampilkan dalam bentuk 3d, bisa langsung di klik pada icon 3d seperti di bawah. Kalau penampang tidak mau berubah dan masih tetap garis seperti tadi, klik VIEW> REFRESH WINDOW atau REFRESH VIEW.

Langkah 38

Kita akan mengatur Analysis Option jadi klik ANALYZE > SET ANALYSIS OPTION.

Langkah 39

Pada form Analysis Option klik XZ PLANE.Kemudian OK!!!

Langkah 40

Sekarang kita akan mengatur Faktor Reduksi Kekuatan dan Peraturan yang digunakan untuk beton yang kita buat. Caranya : klik OPTION > PREFERENCES > CONCRETE FRAME DESIGN.

Langkah 41

Saya akan mengubah Design /code-nya menjadi ACI 318-99 dan juga faktor reduksi kekuatan di bawahnya, antara lain

  • Phi (Bending-Tension) = 0,8
  • Phi (Compression Tied) = 0,65
  • Phi (Compression Spiral) = 0,7
  • Phi (Shear) = 0,6

Kalau sudah klik OK!!!

Langkah 42

Sekarang kita akan menganilisis pekerjaan kita. Klik ANALYZE > RUN ANALYSIS.

Langkah 43

Jangan Analysis Modal, lalu klik RUN NOW.

Langkah 44

Sekarang kita dapat melihat portal dengan XZ VIEW yang sudah terdeformasi akibat beban mati dan hidup.

Langkah 45

Gambar bidang Momen atau Lintang dapat anda lihat sendiri dengan klik DISPLAY > SHOW FORCES/STRESSED > FRAMES/CABLE/TENDON.

Langkah 46

Sekarang kita akan mengecek luas tulangan longitudinal/lentur.

Langkah 47

Sekarang SAP menampilkan Luasan Tulangan lentur dalam CM setelah satuan (pada pojok kanan bawah) saya ubah menjadi Kgf-Cm.

Langkah 48

Sekarang saya menampilan Luasan tulangan Lentur dalam MM.

Langkah 49

Sekarang saya coba menampilkan Luasan tulangan Geser.Caranya klik  DESIGN > CONCRETE FRAME DESIGN > DISPLAY DESIGN INFO.

Langkah 50

Pada Design Output pilih SHEAR REINFORCING (tulangan geser).

Langkah 51

Sekarang sudah dapat di lihat Detil kebutuhan Tulangan pada balok paling atas.

Mengatur Project Baru dengan Primavera Project Planner


Assalamualaikum,

Pada tulisan ini saya akan coba mengulas tentang Primavera Project Planner, untuk mengendalikan proyek Konstruksi. Tidak terlalu detail karena hanya akan membuat New Project saja, untuk lebih detailnya mungkin pada postingan yang lain. . . .

OK, saya mulai, Check it out. . .

Langkah 1

Berikut Gambar awal ketika Primavera di aktifkan, kadang setelah ini akan dimintai username dan password.

Langkah 2

Setelah masuk halaman awal Primavera, klik FILE > NEW  untuk membuat project baru kita.

Langkah 3

Maka form Add a New Project akan hidup dan kita disuruh mengisi form-form yang telah di sediakan ,akan saya isikan seperti gambar dibawah.Jangan lupa untuk proyek akan dimulai tenggal 10 September 2010 dan akan berakhir pada 31 Oktober 2010 …kalau sudah tekan dir untuk menyimpan Project baru kita.

Langkah 4

Save di mana saja yang anda suka, di akhirat juga boleh ?wkkwkwkw.

Langkah 5

Uda muncul sekarang lembar kerja Primaveranya, langsung klik tanda plus (+) untuk menambahkan kegiatan, lalu pada Edit Bar tuliskan 1 untuk mengisi Activity id, kalau sudah tekan Enter atau kilik tanda centang. Sekarang Activity id 1 sudah aktif, klik baris yang kosong pada Activity Discription kita yang baru, lalu isi Edit bar-nya, saya akan mengisikan Pekerjaan Bongkaran.

Langkah 6

Setelah itu aturlah durasi lamanya pekerjaan BONGKARAN dengan mengubah pada kotak Orig Dur, saya akan ubah lamanya durasi adalah 3 hari.

Langkah 7

Jika waktu anda membuat id baru dan nomornya dari 1 jadi 11, maka kita harus menyetel dulu interval pada nomor id tersebut, klik TOOLS > OPTIONS > ACTIVITY INSERTING.


Langkah 8

Maka akan muncul form Activity Inserting Option, lalu pada kotak Increment yang tadinya 10 ganti menjadi 1. kemudian klik OK!!!

Langkah 9

Kalau sudah buat semua list pekerjaan yang kamu rencanakan,beserta lama pekerjaannya (duration). Kalau punya saya bisa di lihat pada gambar di bawah. . ..

Langkah 10

Sekarang kita akan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan di atas menjadi umum dan khusus, seperti pekerjaan uitzet dan Bouwplank masuk pekerjaan Persiapan, dll.

Langkah 11

Isikan induk setiap pekerjaan yang kita tulis tadi, misal : induk dari pekerjaan bongkaran adalah Pekerjaan Persiapan, induk dari pekerjaan kolom, balok dan sloof adalah Pekerjaan Beton, dll. Jangan lupa isikan Code untuk induk pekerjaan yang akan anda buat, pada gambar di bawah saya mengisikan Code Pekerjaan Persiapan = 1.1

Langkah 12

Setelah membuat semua induk pekerjaan seperti di bawah, klik OK!!!

Langkah 13

Lalu sekarang pilih Pekerjaan Bongkaran lalu tekan F5, maka form untuk mengedit data Pekerjaan Bongkaran akan muncul lalu klik WBS, pada kolom WBS pilih Pekerjaan Persiapan, karena Pekerjaan Bongkaran adalah bagian dari Pekerjaan Persiapan.Lakukan hal ini pada pekerjaan yang lain . . . . 

Langkah 14

Setelah semua pekerjaan memiliki induk pekerjaan, sekarang waktunya mengaktifkan WBS tersebut. Caranya : klik FORMAT > ORGANIZE.

Langkah 14

Akan muncul form Organize, lalu pilih Work Breakdown, lalu edit jenis dan ukuran font sesuai keinginan anda. Saya memakai Arial ukuran 16 dan Bold.Kalau sudah klik OK!!!

Langkah 15

Denk-donk . . .inilah hasilnya (look at the picture below)

Langkah 16

Sekarang kita akan mengatur Relationship atau hubungan antara 1 pekerjaan dan pekerjaan yang lainnya, misalnya : Pekerjaan Pembersihan akan dimulai setelah Pekerjaan Bongkaran selesai dan seterusnya. Caranya : Klik Pekerjaan Pembersihan Lokasi lalu tekan F5 atau double click maka form akan muncul > klik PRED > maka form Predessor akan tampil lalu pilih Pekerjaan Bongkaran. (Artinya : Pekerjaan Pembersihan akan dimulai setelah Pekerjaan Bongkaran selesai),lalu lakukan relationship pada pekerjaan yang lain.

Langkah 16

Kalau semua pekerjaan sudah memiliki Relatinship (hubungan), untuk mengaktifkan hubungan tersebut klik icon SCHEDULE.

Langkah 17

Setelah muncul form Schedule biarkan default, lalu klik OK!!!

Langkah 18

Setelah itu kita akan menyimpan data, klik : Save to the following look, lalu klik OK!!!

Langkah 19

Sekarang lihat bar chart (bagian kanan) sudah berubah sesuai hubungan yang kita masukkan.


NB : Untuk perhitungan biaya tukang, material, kurva, prestasi dan lain-lain. Saat ini masih belum dapat di post, karena keterbatasan pengetahuan penulis. (Baru belajar 1 hari bro,wkwkwk) next time saya post tentang kekurangan-kekurangannya. Salam Sipil. . . . .Indonesia Jaya, , , ,

Mencari Garis Pengaruh Akibat Beban Berjalan Pada Rangka Batang Sederhana dengan SAP 2000


Assalamualaikum,

Sekarang kita akan membahas lagi tentang Mencari Garis Pengaruh Akibat Beban Berjalan Pada Rangka Batang Sederhana dengan SAP 2000 setelah kemarin Mencari Gaya Batang Rangka Kuda-Kuda Sederhana dengan SAP 2000.

Saya masih menggunakan SAP 2000 v.9, dengan bantuan gambar-gambar untuk memperjelas seperti sebelumnya. Lets Start . . . . .

Langkah 1

Pilih File > New Model

Langkah 2

Ubah  satuan menjadi Ton-Meter.

Langkah 3

Setelah satuan di ubah, pilih 2D Trusses, karena kita akan menggunakan rangka batang pada kebanyakan jembatan baja di Indonesia.

Langkah 4

Pilih Sloped Truss yang sudah default dan biarkan semua item default, kemudian klik OK!!

Langkah 5

Maka akan keluar 2 buah jendela SAP. Saya akan menutup 1, yang disebelah kiri.

Langkah 6

Setelah itu kita buka icon  Set Display Option for Active Window (iconnya bergambar tanda centang di dalam kotak). Kemudian aktifkan Label pada kolom Frame/Cable/Tendons untuk memudahkan kita dalam memasukkan beban berjalan nanti.Kemudian klik OK!!!

Langkah 7

Dapat dilihat setiap frame kini memiliki nomor.

Langkah 8

Karena garis grid dan Local axes (Sumbu lokal) menutupi nomor pada frame kita, ada baiknya kita invisible karena tidak dipergunakan dalam perencanaan kita kali ini. Caranya :VIEW > SHOW GRID (maka garis grid akan hilang) kemudian lagi, klik VIEW > SHOW AXES (maka sumbu lokal akan hilang).

Langkah 9

Tampak pada gambar di bawah garis grid dan sumbu lokal telah hilang. Kini nomor frame sudah dapat terlihat dengan jelas.

Langkah 10

Sekarang kita akan memberikan beban berjalan,caranya : DEFINE > BRIDGE LOADS > LINES

Langkah 11

Setelah masuk Form Define Lanes selanjutnya kita akan membuat garis baru tempat beban berjalan pada frame yang kita inginkan. Klik Add New Lane Define From Frame.

Langkah 12

Setelah masuk form Lane Data, pertama-tama saya mengubah Lane Name dengan SANGGA, (wkwkwkwk, narcis ya, hehehe), lalu langkah kedua saya masukkan angka 1 (yang artinya frame 1, akan dilalui oleh beban berjalan) kemudian saya klik Add untuk mengaktifkannya ke dalam daftar.

Langkah 13

Karena beban berjalan akan berjalan dari frame 1 sampai frame tiga, maka angka 2/frame 2 dan angka 3/frame tiga saya aktifkan satu persatu seperti mengaktifkan frame satu tadi. Coba lihat di pojok kanan bawah ada warna merah.Kalau sudah klik OK!!!

Langkah 14

Kita akan kembali pada Form Define Lane, yang mana dalam daftar sekarang sudah ada Lane bernama SANGGA, untuk lanjut , Klik OK!!!

Langkah 15

Sekarang kita bisa lihat pada frame 1, 2 dan 3 menjadi berwarna merah. Itu tandanya bahwa beban berjalan telah aktif dan akan berjalan pada frame tersebut.

Langkah 16

Sekarang kita akan mengatur besarnya beban yang akan berjalan, caranya : klik DEFINE > BRIDGE LOADS > VEHICLE

Langkah 17

Pada kotak form Define Vehicle saya akan menggunakan Tipe General Vehicle, karena saya akan menentukan sendiri beban yang berjalan pada frame saya. Kalau sudah di ganti klik Add Vehicle !

Langkah 18

Setelah masuk pada form General Vehicle Data, pertama saya akan mengganti nama vehicle menjadi SANGGA 1, kemudian pada kolom Axial Load saya isi 1 (yang artinya beban berjalan sebesar 1 ton).

Langkah 19

Setelah di aktifkan maka beban 1 ton akan tercantum dalam list (daftar), yang diikuti berubahnya gambar yang tadinya hitam menjadi berbentuk beban terpusat yang siap berjalan. Lalu klik OK!!!

Langkah 19

Kita akan kembali pada form Define Vehicle dan nama SANGGA 1 sudah terdaftar, lalu klik OK!!!

Langkah 20

Karena kita membuat beban berjalan sendiri tadi sebesar 1 ton, kita harus mendaftarkan beban yang kita buat tadi. . . Agar sah gitu. . .wkwkwkwk.Caranya : klik DEFINE > BRIDGE LOADS > VEHICLE CLASSES

Langkah 21

Setelah muncul form Define Vehicle Class, pilih Add New Class.

Langkah 22

Setelah muncul form Vehicle Class Data, pertama : ubah Vehicle Class Name dengan nama SANGGA (nama lain boleh kok!!tenang aja , , ,hehe). Setelah itu klik Add, maka SANGGA 1 yang kita buat sebelumnya akan aktif. Kalau sudah klik OK!!!

Langkah 23

Kembali lagi ke form Define Vehicle Class, Tapi sekarang pada daftarClass SANGGA sudah aktif.Lalu tekan OK!!!

Langkah 24

Sekarang waktunya meniadakan berat sendiri struktur, jadi apapun jenis tipe material yang digunakan tidak akan berpengaruh pada perhitungan kita nanti, yang berpengaruh hanya beban berjalannya saja. Langsung saja, klik DEFINE > LOAD CASES

Langkah 25

Langsung aja SWM nya di ubah jadi 0 lalu klik Modify. Kalo udah klik OK!!!

Langkah 26

Sekarang kita akan mendaftarkan beban yang kita buat tadi agar dapat dihitung oleh SAP. Caranya : klik DEFINE > ANALYSIS CASES.

Langkah 28

Pada form Analysis Case yang baru saja terbuka, klik Add New Case.

Langkah 29

Ikuti tahap pengisian sesuai dengan gambar di bawah, pertama : saya mengganti nama Analysis Case Name menjadi GERAK, kedua : saya mengubah tipe beban menjadi MOVING LOAD, ketiga : saya klik Add untuk mengaktifkan beban yang telah kita buat. Kalau sudah klik OK!!!

Langkah 30

Form Analysis Cases kini terbuka dengan GERAK yang barusan kita buat sudah aktif. Klik OK untuk lanjut !!!

Langkah 31

Sekarang langsung ANALYZE > RUN ANALYSIS.

Langkah 32

Pada Anlysis ini saya tidak akan menjalankan Modal, pertama klik Modal lalu klik DO NOT RUN, maka Modal tidak akan di Analysis. Lalu klik RUN NOW.

Langkah 33

Save dulu sebelum di Analysis.


Langkah 34

Setelah di Analysis tidak terjadi deformasi pada struktur, emang begitu karena tidak ada beban luar yang bekerja. Okey langsung check Garis Pengaruh aja yukkkk. . . . . .

Caranya : klik DISPLAY > SHOW INFLUENCE LINES/SURFACES

Langkah 35

Nah sekarang saya mau check garis pengaruh pada framenya, jadi saya ganti pada kolom Plot Influence Line for This Element Type saya ganti dari JOINT menjadi FRAME, terus masukkan nomor frame yang mau kamu check, saya masukkan 1 (frame 1), untuk item yang lain biarkan default.Untuk Plot Parameter tidak tidak usah diganti juga gak papa, nanti kalo kita tekan OK!! Secara Otomatis akan ada Messege untuk Memindah Plot Parameternya, tekan OK!!!

Langkah 36

Tampak di bawah adalah gambar Garis Pengaruh pada frame 1 di akibatkan beban berjalan. Garis kuning tebal dan titik merah pada frame 1 itu seharusnya berkedip-kedip, tapi karena namane gambar meh piye meneh ????heheheh

Langkah 37

Sama seperti cara di atas, sekarang saya ingin melihat gambar Garis Pengaruh dari frame 11.


Langkah 38

Dapat dilihat di bawah adalah Garis Pengaruh pada frame 11 akibat beban berjalan.

Langkah 39

Kita gak cuman bisa liat gambar Garis Pengaruhnya doank, kita juga bisa liat angkanya, cara masuknya sama seperti di atas ya. . . ,kalau udah sampe form Show Influence Line, klik SHOW TABLE.

Langkah 40

Nah itu dia angkanya dibagi dalam 4 stasiun. Untuk -2.578E-16 itu = 0.

Semoga bermanfaat

Salam Sipil Indonesia Jaya

Mencari Gaya Batang Rangka Kuda-Kuda Sederhana dengan SAP 2000


Assalamualaikum,

Ini kali pertama saya menuliskan tentang SAP 2000. Disini saya akan menerangkan tentang penggunan SAP 2000 untuk mencari gaya dalam (gaya batang) pada rangka kuda-kuda sederhana, saya menggunakan SAP versi 9.Dengan fasilitas berupa gambar saja, karena belum bisa nampilin yang mousenya bisa bergerak-gerak .hehe

Terima kasih. . . . Semoga bermanfaat!

Langkah 1

Masuk program SAP 2000 V.9 seperti dilihat tampilan awalnya

Langkah 2

Masuk program SAP dan akan muncuk Tip of the day apabila mau di baca klik Next tip, kalau tidak langsung OK!!

Langkah 3

Untuk memulai pemodelan klik File > New model di pojok kiri atas layar.

Langkah 4

Setelah masuk New model saya akan mengubah satuan menjadi Ton-Meter.

Langkah 5

Karena akan membuat rangka kuda-kuda maka saya pilih 2D Trusses.

Langkah 6

Karena kuda-kuda sederhana maka saya pilih Pratt Truss.

Langkah 7

Untuk memudahkan mengisi form di sebelah kanan, ada baiknya kita melihat Parametic Definition, agar tidak kebingungan saat mengisi form.

Langkah 8

Setelah melihat Parametic Definition, saya akan mengisikan L1 dan L2 = 5 meter, H1 dan H3 = o meter, N1 dan N2 = 2 buah, H2 = 3 meter.Lalu klik OK!!

CATATAN ** : untuk restraint dan gridlines serta tipe penampang biarkan default.

Langkah 9

Akan muncul 2 jendela seperti dibawah ada baiknya kita tutup salah satu agar penampang kuda-kuda terlihat jauh lebih besar.

Langkah 10

Nah gambar sudah jadi besar sekarang !!hehe, Tapi Division yang saya mau kan gak kayak gini, jadi kita klik 2 frame seperti dibawah hingga garis yang tadinya lurus jadi putus-putus (tandanya frame sudah di klik).Setelah itu kita delete manual dari keyboard kita.

Langkah 11

Setelah dihapus kemudian klik Draw Frame lalu akan muncul kotak properties, untuk kita mengatur jenis frame yang akan kita gambar.Kita akan gunakan default, jadi klik tanda silang untuk menutup kotak properties.

Langkah 12

Sekarang kita akan menggambar frame dari joint (titik buhul) A, ke joint B lalu ke joint C.

Langkah 13

Setelah frame tergambar selanjutnya klik tombol Set Select Mode, untuk menghilangkan Draw frame yang masih menyala.

Langkah 15

Setelah meng-klik Set Select Mode, sekarang klik letak joint seperti gambar di bawah sampai bergambar silang (artinya joint sudah aktif) untuk merencanakan pembebanan pada joint tersebut.

Langkah 16

Saya akan memberikan beban terpusat pada semua joint yang sudah saya aktifkan, caranya : klik ASSIGN > JOINT LOADS > FORCES

Langkah 17

Karena Local axes (Sumbu lokal) pada arah vertikal adalah Z, maka saya akan memberikan beban sebesar 3 ton pada kolom Force Global Z, dan saya menambahkan tanda negatif (-) karena arahn gayanya ke bawah.

Langkah 18

Terlihat beban terpusat sudah aktif, sesuai dengan perencanaan kita.

Langkah 19

Karena kita akan mencari gaya dalam (batang),tanpa menghiraukan apakah penampang dari beton,baja,dll. Maka elemen frame yang kita gambar yaitu W18x35 tidak boleh terhitung oleh SAP, karena akan mempengaruhi reaksi dan gaya dalamnya.Maka dari itu kita akan meniadakan berat sendiri struktur, sebenarnya ada 2 cara : yaitu dengan mengganti material menjadi other dan mass weight nya di jadikan 0, serta menggunakan momen release. Sedangkan cara ke-2 adalah dengan mengubah dead loadnya menjadi 0, artinya beban mati/berat sendiri struktur juga 0. Kita akan memakai cara ke-2 karena lebih mudah daripada cara 1.Caranya : klik DEFINE > LOAD CASES

Langkah 20

Setelah masuk Load Cases lalu kita ganti SWP (Self Weight Multipler) nya jadi 0 (artinya berat sendiri struktur = 0) , lalu klik Modify Load dan OK!!!

Langkah 21

Sekarang kita akan mengatur analysis , klik ANALYZE > SET ANAYSIS OPTION
Langkah 22

Pilih XZ Plane kemudian klik OK!!

Langkah 23

Setelah mengatur Analyze, klik ANAYZE > RUN ANALYSIS atau langsung tekan F5. (Maaf langkah 25 ini tidak disertai gambar)


Langkah 24

Klik Modal karena kita tidak perlu menganalisis nya, lalu klik Do Not Run agar modal tidak aktif. Setelah itu klik Run Now !!

Langkah 25

Sebelum memulai menganalisis kita akan diminta untuk menyimpan data seperti dibawah.Maka kita masukkan “Latihan di sangga Pramana Blog” lalu klik SAVE


Langkah 26

SAP akan menganalisis data yang telah kita buat tadi. Setelah selesai ,klik OK!!

Langkah 27

Terlihar Deformasi struktur setelah di Analisis.

Langkah 28

Untuk melihat Reaksi Tumpuan dari Sendi-Rol dapat dilakukan dengan klik DISPLAY > SHOW FORCES/STRESSED > JOINT

Langkah 29

Tandai Reaction dan Show Arrows, kemudian klik OK !!!


Langkah 30

Dapat dilihat hasil perhitungan reaksi perletakan sebesar 7,5 ton ke atas pada kedua restraint (tumpuan) sendi dan rol. Perhitungan benar, karena sama dengan jumlah beban luar dari rangka kuda-kuda.

Langkah 31

Untuk melihat gaya batang yang bekerja pada rangka kuda-kuda, caranya : klik DISPLAY > SHOW FORCES/STRESSED > FRAMES/CABLE

Langkah 32

Biarkan semua default kecuali, Show Value on diagram di aktifkan, kemudian klik OK!!!

Langkah 33

Dapat dilihat gaya batang yang bekerja karena pengaruh beban luar dari rangka kuda-kuda.


Perhitungan Balok Portal Sederhana


Langsung saja, masih dari materi lanjutan dari Perhitungan pelat lantai sedehana (Part 1) dan (Part 2) , dapat dilihat pertama-tama gambar di bawah :

Keterangan :

Arah panah menunjukkan arah beban pada pelat yang dipikul oleh balok melintang dan balok memanjang.

Arah Melintang Pot. 1 – 1

a) Perhitungan beban

Untuk potongan 1 – 1 perlu dihitung pemindahan beban pelat pada balok pemikul. Pada gambar tampak bahwa beban memusat pada P. P adalah penjumlahan antara beban pelat dan beban balok. Beban pelat terdiri dari beban trapesium dan beban segitiga.Adapun nilai beban-beban tersebut adalah :

  • Beban Pelat Trapesium = 0,5 * 0,5 * (ly/lx  –  0,5) *q * lx2
  • Beban Pelat Segitiga = 0,25 * q * lx2
  • Beban Balok = 0,2 * (0,3 – 0,1) (2 + 0,8) * 2,4

Beban balok di atas diperoleh sebagai berikut :

***Bentar baru ditulis****

wkwkwkwkwkwk

Perhitungan pelat lantai sederhana (part 3)


Langsung saja, tulisan ini lanjutan dari Part 1 dan Part 2 .

Pelat Tipe B

Pelat Tipe B pada konstruksi ini merupakan pelat yang terjepit elastis pada ketiga sisinya dengan sisi panjang (ly) = 4 meter dan sisi pendek (lx) = 0,8 meter. Sehingga ly/lx = 5

Dari tabel PBI 1971 diperoleh perhitungan momen sebagai berikut :

–>  Arah x =  Mlx  = -Mtx  = 0,054 * q * lx2

= 0,054 * 0,498 * 0,82

= 0,017 tm

–>  Arah y =  Mly  = 0,019 * q * lx2

= 0,019 * 0,498 * 0,82

= 0,006 tm

–> – Mty = 0,056 * q * lx2

=0,056 * 0,498 * 0,82

= 0,018 tm

Dengan demikian, pembesian pelat tipe B ini adalah sebagai berikut :

Arah x = Mlx = -Mtx = 0,017 tm = 17 kgm (Momen kecil)

Arah y = Mly = 0,006 tm = 6 kgm (Momen kecil)

dan -Mty = 0,018 tm – 18 kgm

Pustaka : Buku menghitung konstruksi beton bertulang, Griya kreasi

Perbaikan jalan diatas tanah clay dengan konstruksi “FILADELFIA”


Karena dilindungi Hak Ciptanya, silahkan download saja

click !!!   FILADELFIA

“Pumping” Penyebab kerusakan jalan beton


Artikel ini saya ambil dari Majalah Teknik Jalan &Transportasi

HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA (HPJI)

Oleh :Ir. Sukawan M., MSc. (DPP HPJI / PT. Jasa Marga Persero Tbk.

Pendahuluan

Perkerasan beton semen (rigid pavement) biasanya dibuat untuk dilewati lalu lintas berat dengan volume yang tinggi, karena menjajikan kekuatan lebih baik dan pemeliharaan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan perkerasan lentur. Namun, berdasarkan pengamatan terhadap jalan-jalan dengan perkerasan beton semen di Indonesia, telah terjadi banyak kerusakan dengan pumping (pemompaan) sebagai penyebab utamanya, di samping penyebab-penyebab lain yang berhubungan dengan kesalahan/ketidaktelitian dalam pelaksanaan konstruksi.

Pumping ini dapat mengakibatkan kerusakan hebat perkerasan beton semen yang berupa keretakan kepatahan yang disertai penurunan slab beton yang sangat membahayakan lalu lintas. Hal ini tentu saja mengakibatkan lonjakan kenaikan biaya pemeliharaan yang sangat besar, di samping terjadinya hambatan terhadap kelancaran lalu lintas.

Mekanisme terjadinya pumping

Berdasarkan definisi yang umum, yang dimaksud dengan pumping adalah proses yang didalmnya akibat beban kendaraan berat yang menimbulkan lendutan slab betn perkerasan kaku dan mengakibatkan terdesaknya air beserta butiran-butiran halus subgrade (tanah dasar) yang berada di bawah slab beton keluar melalui celah-celah sambungan (joint) dan retakan-retakan atau celah pada pinggir slab beton.

Dengan demikian kondisi yang dapat menimbulkan pumping adalah sebagai berikut :

1. Kehadiran air bebas (free water) di bawah slab beton ;

2. Material tanah dasar yang dapat tererosi (erodible material);

3. Lalu lintas dengan beban berat.

Mekanisme terjadinya pumping dapat dijelaskan sebagai berikut :

  • Keterangan Gambar 1 = Air masuk ke bawah slab beton melalui celah sambungan dan retakan-retakan pada slab beton.

  • Keterangan gambar 2 = Dengan mendekatnya beban roda (di atas approach slab) ke arah sambungan, air yang berada di bawah slab tersebut bergerak perlahan-lahan ke slab berikutnya (leave slab). Butir-butir halus tanah juga bergerak ke arah yang sama.

  • Keterangan gambar 3 = Pada saat beban roda melewati sambungan menuju pelat beton berikutnya (di atas leave slab), air yang berada di bawah slab berikutnya (leave slab) bergerak secara cepat ke bawah plat sebelumnya (approach slab). Gerakan/ aliran air yang cepat ini menyebabkan erosi pada tanah dasar (subgrade). Sebagian air bersama butiran halus tanah terdesak ke luar melalui celah sambungan dan retakan slab beton. Hal ini terlihat dengan adanya warna coklat kemerah-merahan di permukaan slab beton di sekitar celah sambungan/ retakan plat beton.

  • Keterangan gambar 4 = Akhirnya terbentuklah rongga di bawah slab beton (leave slab) sebagai akibat kehilangan material, dan kemungkinan terbentuknya tumpukan (buildup material) di bawah slab sebelumnya (approach slab). Adanya rongga di bawah slab beton menyebabkan terjadinya efek kantilever dari slab beton yang akan mengakibatkan retak dan patahnya slab beton setelah dilewati beban berat. (Menurut ACPA, 1995, rongga sedalam 3 mm sudah dapat menimbulkan kerusakan slab berupa retak-retak sudut).

Hal-hal lain yang mendorong terjadinya pumping adalah kurang berfungsinya transfer devices sehingga terjadi faulting (gerakan vertikal antar slab beton), kekakuan subbase material yang ada tidak memadai, dan kekuatan tanah yang tidak merata.


USAHA PENCEGAHAN TERJADINYA PUMPING

1. LATAR BELAKANG

a) Pada dasarnya, sesuai standart-standart yang ada, a.l. AASHTO Guide for design of Pavement Structure, pumping dicegah melalui pemasangan lapisan Subbase, yaitu lapisan di bawah slab beton yang menggunakan berbagai jenis material, termasuk agregat yang bergradasi (dengan Void besar) untuk mengalirkan air, dan material yang distabilisasi dengan bahan tertentu.

Lapisan Subbase ini disarankan 30-60 cm lebih lebar dari pada lebar perkerasannya, dengan kemiringan melintang yang cukup untuk keperluan drainase.

Sebagaimana diketahui, selain mencegah terjadinya pumping, fungsi subbase yang lainnya antara lain adalah meningkatkan daya dukung subgrade (dinyatakan dalam nilai k = Modulus Reaksi Tanah Dasar dan menyediakan lantai kerja untuk konstruksi).

b) Upaya mengatasi masalah erosi terhadap material subbase ini dilakukan dengan penggunaan material tahan erosi, misalnya lean concrete, atau material filter (porous material) sebagai subbase.

c) Desain perkerasan beton semen untuk jalan-jalan di Indonesia termasuk jalan tol, menggunakan lean concrete setebal 10 cm sebagai subbase, dengan maksud agar air yang masuk dari celah sambungan atau retakan slab beton akan terhalang (blocked) oleh lean concrete dan tidak dapat mencapai subgrade. Sedangkan masuknya air dari pemukaan ke dalam perkerasan di cegah dengan joint sealer yang dipasang menutup celah sambungan. Struktur perkerasan tersebut dapat dilihat dari gambar di bawah :

d) Tidak disediakan fasilitas drainase untuk mengeluarkan air yang terjebak di bawah permukaan perkerasan.Berdasarkan pengamatan terhadap jalan-jalan beton di Indonesia dengan konstruksi seperti di atas, pumping terjadi karena lean concrete ikut retak/ pecah bersama-sama dengan slab betonnya. Hal ini diperkirakan karena,

  • Mutu beton lean concrete terlalu rendah (menurut spesifikasi kuat tekan = 10 MPA) sehingga mudah pecah.
  • Permukaan lean concrete biasanya dikerjakan secara manual sehingga permukannya tidak rata dan terjadi gigitan dengan slab beton yang di cor di atasnya.
  • Lean concrete retak karena mengalami tegangan tarik pada waktu plat beton mengalami penyusutan setelah pengecoran.

2. PERBAIKAN DESAIN YANG DIUSULKAN

Setelah memperhatikan pertimbangan-pertimbangan di atas, di sini kami usulkan alternatif perbaikan desain perkerasan beton semen untuk jalan-jalan di Indonesia sbb:

a) Apabila tidak diperlukan adanya fasilitas drainase di bawah permukaan perkerasan :

Di bawah Slab beton digunakan Subbase yang tahan erosi (non-erodible) dari material tanah dasar yang distabilisasi dengan semen atau aspal. Kalau distabilisasi dengan aspal, disarankan yang digunakan adalah aspal emulsi sebanyak 4 – 8%.

Di atas permukaan subbase tersebut dipasang asphalt prime coat sebanyak 1,5 L/m2 ,yang berfungsi sebagai bond breaker dan lapis kedap air sehingga air dari permukaan yang masuk celah sambungan (joint) atau retakan slab beton tidak dapat mencapai lapisan subbase.Kalu tembus, subbase yang sudah distabilisasi tidak dapat tererosi sehingga tidak akan terjadi pumping.

Konstruksi perkerasan secara skematis dapat dilihat pada gambar dibawah :

b) Apabila diperlukan adanya fasilitas drainase di bawah permukaan perkerasan.

Di bawah slab beton dipasang subbase dari agregat bergradasi yang dapat meloloskan air (permeable). Sedangkan di antara slab beton dan lapisan subbase dipasangkan lembaran plastik sebagai bond breaker dan untuk mencegah dewatering campuran beton pada waktu pengecoran slab.

Di bawah subbase dipasang lapisan filter material, yang dimaksudkan untuk menahan masuk butiran-butiran tanah dasar (subgrade) ke lapisan subbase.

Konstruksi perkerasan secara skematis dapat dilihat pada gambar di bawah :

Kedua alternatif desain di atas tidak menggunakan lean concrete. Sedangkan dalam pelaksanaan subgrade, tetap harus dipastikan tidak terjadinya ketidakseragaman (irregularities) daya dukung untuk mencegah terjadinya cantilevereffect atau bridging effect terhadap slab beton ; dan mutu beton yang baik sesuai Spesifikasi.

Catatan **

Dalam tulisan ini Slab beton disebut base Course, sehingga lapisan di bawahnya disebut subbase, dst.

Balok persegi panjang dengan tulangan rangkap


Pengertian balok tulangan rangkap

Yang dimaksud dengan balok tulangan rangkap ialah balok beton yang diberi tulangan pada penampang beton daerah tarik dan daerah tekan. Dengan dipasangnya tulangan pada daerah tarik dan tekan, maka balok lebih kuat dalam hal menerima beban yang berupa momen lentur.

Pada praktik di lapangan, (hampir) semua balok selalu dipasang tulangan rangkap. Jadi balok dengan tulangan tunggal secara praktis tidak ada (jarang sekali dijumpai). Meskipun penampang beton pada balok dapat dihitung dengan tulangan tunggal (yang memberikan hasil tulangan longitudinal saja), tetapi pada kenyatannya selalu ditambahkan tulangan tekan minimal 2 batang, dan dipasang pada bagian sudut penampang balok beton yang menahan tekan.

Tambahan tulangan longitudinal tekan ini selain menambah kekuatan balok dalam hal menerima beban lentur, juga berfungsi untuk memperkuat kedudukan begel balok (antara tulangan longitudinal dan begel diikat dengan kawat lunak yang disebut binddraad), serta sebagai tulangan pembentuk balok agar mudah dalam pelaksanaan pekerjaan beton.

PERENCANAAN BALOK TULANGAN RANGKAP

1.Pemasangan tulangan balok

Tulangan longitudinal tarik maupun tekan pada balok dipasang dengan arah sejajar sumbu balok. Biasanya tulangan tarik dipasang lebih banyak daripada tulangan tekan, kecuali pada balok yang menahan momen lentur kecil. Untuk balok yang menahan momen lentur kecil (misalnya balok praktis, cukup memasang tulangan tarik dan tulangan tekan masing-masing 2 batang (sehingga berjumlah 4 batang), dan diletakkan pada 4 sudut penampang balok.

Untuk balok yang menahan momen lentur besar, tulangan tarik dipasang lebih banyak daripada tulangan tekan. Keadaan ini disebabkan oleh kekuatan beton pada daerah tarik yang diabaikan, sehingga praktis semua beban tarik ditahan oleh tulangan longitudinal tarik (jadi jumlahnya banyak). Sedangkan pada daerah beton tekan, beban tekan tersebut sebagian besar ditahan oleh beton, dan sisa beban tekan yang masih ada ditahan oleh tulangan, sehingga jumlah tulangan tekan hanya sedikit.

Pada portal bangunan gedung, biasanya balok yang menahan momen lentur besar terjadi di daerah lapangan (bentang tengah) dan ujung balok (tumpuan jepit balok), seperti dilukiskan

(a) Bidang momen (BMD) akibat kombinasi beban pada balok.


Keterangan Gambar =

BMD oleh kombinasi beban:

(1) : D, L dan E(+)/ke kanan.

(2) : D,L.

(3) : D,L dan E(+)/ke kiri

(b) Pemasangan tulangan longitudinal balok




Tampak pada gambar (a) bahwa di lapangan (bentang tengah balok) terjadi momen positif (M(+)), berarti penampang beton daerah tarik berada di bagian bawah, sedangkan di ujung (dekat kolom) terjadi sebaliknya, yaitu terjadi momen negatif (M(-)),berarti penampang beton daerah tarik berada dibagian atas. Oleh karena itu pada gambar (b) di daerah lapangan dipasang tulangan bawah 8D22 yang lebih banyak daripada tulangan atas 4D22, sedangkan di ujung terjadi sebaliknya yaitu dipasang tulangan atas 6D22 yang lebih banyak daripada tulangan bawah 4D22.

Distribusi regangan dan tegangan

Regangan dan tegangan yang terjadi pada balok dengan penampang beton bertulang rangkap dilukiskan seperti gambar (1), (2), dan (3). Pada gambar ini dilengkapi dengan notasi yang akan dipakai pada perhitungan selanjutnya.

syarat rumah tahan gempa


Artikel ini saya salin dari buku membangun rumah sederhana sehat tahan gempa, griya kreasi. Semoga bermanfaat. . . . .

Prinsip dasar

Konsep hunian tahan gempa adalah bangunan yang dapat bertahan dari keruntuhan akibat getaran gempa, serta memiliki fleksibilitas untuk meredam getaran. Prinsipnya pada dasarnya ada dua, yaitu kekakuan struktur dan fleksibilitas peredaman.

1. Prinsip dasar kekakuan strukur rumah

Prinsip kekakuan struktur rumah menjadikan struktur lebih solid terhadap goncangan. Terbukti, struktur kaku seperti beton bertulang jika dibuat dengan baik dapat meredam getaran gempa dengan baik. Hal ini berarti perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh struktur yang dibuat pada saat pembangunan agar dapat lebih kuat dan lebih kaku. Kekakuan struktur dapat menghindarkan kemungkinan bangunan runtuh saat gempa terjadi. Kolom-kolom dan balok pengikat harus kuat dan ditopang oleh pondasi yang baik pula.

2. Prinsip flexibilitas

Adanya kemungkinan struktur bangunan dapat bergerak dalam skala kecil, misalnya dengan menggunakan prinsip hubungan roll pada tumpuan-tumpuan beban. Yang dimaksud dengan roll adalah jenis hubungan pembebanan yang dapat bergerak dalam skala kecil untuk meredam getaran.

3.Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan “kenyal”

Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan “kenyal”, yaitu menggunakan bahan-bahan material ringan yang tidak lebih membahayakan jika runtuh dan lebih ringan sehingga tidak sangat membebani struktur yang ada. Contohnya : struktur kayu dapat menerima perpindahan hubungan antar kayu dalam skala gempa sedang.

4. Prinsip massa yang terpisah-pisah

Prinsip massa yang terpisah-pisah, yaitu memecah bangunan dalam beberapa bagian menjadi struktur yang lebih kecil sehingga struktur ini tidak terlalu besar dan terlalu panjang karena jika terkena gempa harus meredam getaran lebih besar.

B. Kesatuan Struktur ( Struktur Atap, struktur dinding, struktur pondasi )

Prinsip dasar dari bangunan tahan gempa adalah membuat seluruh struktur menjadi satu kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan bersama-sama dan proporsioanal. Bangunan juga harus bersifat daktail, sehingga dapat bertahan apabila mengalami perubahan bentuk yang diakibatkan oleh gempa.

1. Pondasi

Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan beban ke tanah. Untuk itu pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras. KEdalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 6- – 75 cm. Lebar  pondasi bagian bawah 0,4 m, sedangkan lebar bagian atas pondasi 0,3 m. Seluruh pekerjaan pasangan batu gunung ini menggunakan adukan campuran 1 semen : 4 pasir. Pasangan batu gunung untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai dipasang.Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof. Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m. Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter 12 mm dengan panjang 20 -25 cm.

2. Beton

Beton yang digunakan untuk beton bertulang dapat menggunakan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil. Air yang digunakan adalah ½ dari berat semen (FAS 0,5). Mutu yang diharapkan dapat tercapai dari perbandingan ini adalah 150 kg/cm2

3. Cetakan beton (bekisting)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan cetakan beton adalah sbb :

1)      Pemasangan bekisting harus kokoh dan kuat sehingga tahan terhadap getaran yang ditimbulkan pada saat pengecoran.

2)      Setiap selesai pemasangan, harus diteliti ulang baik kekuatan maupun bentuknya.

3)      Cetakan beton terbuat dari bahan yang baik sehingga mudah pada saat dilepaskan tanpa mengakibatkan kerusakan beton.

4)      Bekisting boleh dibuka setelah 28 hari. Selama beton belum mengeras harus dilakukan perawatan beton (curing).

4. Beton bertulang

Beton bertulang merupakan bagian terpenting dalam membuat rumah menjadi tahan gempa. Pengerjaan dan kualitas dari beton bertulang harus sangat diperhatikan karena dapat melindungi besi dari pengaruh luar, misalnya korosi. Para pekerja atau tukang suka menganggap remeh fungsinya. Penggunaan alat bantu seperti molen atau vibrator sangat disarankan untuk menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.

Untuk membuat struktur beton bertulang (balok,sloof,dan ring balk) menjadi satu kesatuan system pengakuran yang baik dan penerusan tulangan harus dilakukan dengan baik. Tulangan yang digunakan untuk beton bertulang mempunyai diameter minimum  Æ10 mm dengan jarak sengkang bervariasi.

Secara garis besar beton bertulang dapat dibagi 2, kolom dan balok. Ukuran-ukuran beton bertulang yang digunakian adalah :

1)      Sloof  = 15 cm x 20 cm

2)      Kolom utama = 15 cm x 15 cm

3)      Kolom praktis = 13 cm x 13 cm

4)      Ring balk = 13 cm x 15 cm

5)      Balok kuda-kuda = 13 cm x 15 cm

Sistem penulangan pelat


Sistem perencanaan tulangan pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu :

  1. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (selanjutnya disebut : pelat satu arah/ one way slab)
  2. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut pelat dua arah/two way slab)

1) Penulangan pelat satu arah

a) Konstruksi pelat satu arah.Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja.Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan.

Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L (lihat gambar di bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang L tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak berubah dari tempat semula maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi. (seperti terlihat pada gambar di bawah).

Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok.Tepat pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat dengan kawat binddraad. Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat kedudukan tulangan pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan perbedaan suhu beton.

Gambar di atas adalah pelat dengan tulangan pokok 1 arah

b) Simbol gambar penulangan.Pada pelat kantilever, karena momennya negatif, maka tulangan pokok (dan tulangan bagi) dipasang di atas. Jika dilihat gambar penulangan Tampak depan (gambar (a)), maka tampak jelas bahwa tulangan pokok dipasang paling atas (dekat dengan tepi luar beton), sedangkan tulangan bagi menempel di bawahnya. Tetapi jika dilihat pada gambar Tampak Atas (gambar (a)), pada garis tersebut hanya tampak tulangan horizontal dan vertikal bersilangan, sehingga sulit dipahami tulangan mana yang seharusnya dipasang di atas atau menempel di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan penggambaran dan simbol-simbol sbb :

2) Penulangan pelat 2 arah

a) Konstruksi pelat 2 arah.Pelat dengan tulangan pokok 2 arah ini akan dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang 2 arah. Contoh pelat 2 arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 sisi yang saling sejajar.

Karena momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang (lx) dan bentang (ly), maka tulangan pokok juga dipasang pada 2 arah yang saling tegak lurus(bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan lagi. Tetapi pada pelat di daerah tumpuan hanya bekerja momen lentur 1 arah saja, sehingga untuk daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan bagi, seperti terlihat pada gambar dibawah. Bentang (ly) selalu dipilih > atau = (lx), tetapi momennya Mly selalu < atau = Mlx, sehingga tulangan arah (lx) (momen yang besar ) dipasang di dekat tepi luar (urutan ke-1)

Simbol gambar di atas sama dengan simbol pada gambar penulangan 1 arah.

Perlu ditegaskan : untuk pelat 2 arah, bahwa di daerah lapangan hanya ada tulangan pokok saja (baik arah lx maupun arah ly) yang saling bersilangan, di daerah tumpuan ada tulangan pokok dan tulangan bagi.

pustaka : Balok dan pelat beton bertulang, Ali Asroni

sampai jumpa di artikel

perencanaan tulangan pelat

Pelat beton bertulang (pemula)


Pengertian pelat

Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada apabila struktur tersebut.Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya.Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.

Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus balok).

Tumpuan pelat

Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang terjadi pada pelat.

Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok secara monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu-kesatuan, seperti pada gambar (a) atau ditumpu oleh dinding-dinding bangunan seperti pada gambar (b). Kemungkinan lainnya, yaitu pelat didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit seperti pada gambar (c), atau didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, yang dikenal dengan pelat cendawan, seperti gambar (d).

Jenis perletakan pelat pada balok

Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok) menjadi satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu sbb :

1) Terletak bebas

Keadaanini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok, atau antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut, lihat gambar (1). Pelat yang ditumpu oleh tembok juga termasuk dalam kategori terletak bebas.

2) Terjepit elastis

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat. (lihat gambar (2))

3) Terjepit penuh

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat (lihat gambar(3)).

untuk perhitungan, ada artikel sendiri

salam sipil

pustaka : Balok dan pelat beton bertulang, Ali Asroni

Pengenalan torsi pada balok (for basic)


Wedew, setelah tadi pengenalan tulangan geser kini kita masuk ke tulangan torsi, langsung saja. . . .

check this out . . . .

Pengenalan torsi

Torsi (twist) atau momen puntir adalah momen yang bekerja terhadap sumbu longitudinal balok/elemen struktur.Torsi dapat terjadi karena adanya beban eksentrik yang bekerja pada balok tersebut.Selain itu,pada umumnya torsi dijumpai pada balok lengkung atau elemen struktur portal pada ruang.Lihat gambar di bawah . .. . .

Pada kasus-kasus tertentu, pengaruh torsi lebih menentukan dalam perencanaan elemen struktur jika dibandingkan dengan pengaruh beban-beban yang lain, misalnya : torsi pada kantilever (gambar(b)) atau torsi pada kanopi (gambar(d)).

Jenis beban torsi

Beban torsi dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu

  • Torsi keseimbangan = momen torsi yang timbul karena dibutuhkan untuk keseimbangan struktur, seperti terlihat pada gambar diatas,dari gambar (a) sampai gambar (d).
  • Torsi kompatibilitas = Momen torsi yang timbul karena komptabilitas deformasi antara elemen-elemen struktur yang bertemu pada sambungan, seperti gambar dibawah. .

Mengatasi retak geser pada balok


Setelah membahas Retakan pada balok akibat gaya geser , sekarang kita lanjut untuk penelesaian solusinya, ,

1. Unsur penahan geser

Meskipun elemen beton dapat menahan gaya geser/gaya lintang yang bekerja pada balok, tetapi jika gaya geser tersebut cukup besar(terutama pada daerah ujung balok), maka elemen beton yang arahnya miring (menyudut).Untuk mengatasi retak miring akibat gaya geser maka pada lokasi yang gaya gesernya cukup besar ini diperlukan tulangan khusus, yang disebut tulangan geser.

Sebetulnya retak miring pada balok dapat ditahan dengan 4 unsur, yaitu :

1) Bentuk dan kekasaran permukaan agregat beton (pasir dan kerikil). Bentuk agregat yang tajam/menyudut dan permukaannya kasar sangat kuat menahan geser, karena agregat akan saling mengunci, sehingga mempersulit terjadinya slip (tidak mudah retak) seperti terlihat pada gambar (a). Tetapi jika agregat berbentuk bulat dan permukaannya halus tidak kuat menahangaya geser karena mudah terjadi slip (mudah retak), seperti terlihat pada gambar (b).

2) Retak geser ditahan oleh gaya tarik dan gaya potong ( dowel action ) dari tulangan longitudinal, seperti terlihat pada gambar (c)  dan gambar (d).

3) Retak geser ditahan oleh struktur beton

4) Retak geser ditahan oleh gaya tarik tulangan geser, baik berupa tulangan miring maupun tulangan begel, seperti terlihat pada gambar (e) dan (f)

Pemasangan begel balok dilaksanakan dengan melingkupi tulangan longitudinal, dan kedua tulangan tersebut saling diikat dengan kawat binddrad. Dengan demikian, begel tersebut selain berfungsi untuk menahan gaya geser, juga berfungsi mencegah pergeseran tulangan longitudinal akibat gaya potong, sehingga kedudukan longitudinal lebih kuat.

Menurut pasal 13.1.1 SNI 03-2847-2002, pada perencanaan penampang yang menahan gaya geser harus didasarkan pada kuat geser nominal (Vn), yang ditahan oleh 2 macam kekuatan, yaitu : kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser (Vs). Dengan demikian pengaruh kekasaran agregat, gaya tarik dan gaya potong tulangan longitudinal tidak diperhitungkan, sehingga “keamanan” pada perencanaan.