Monthly Archives: Agustus 2011

Very Large Floating Structure


Konsep struktur terapung atau sering disebut dengan “Very large floating structures (VLFSs)’ selain menjadi alternatif pengembangan wilayah pantai disamping reklamasi, juga mampu bertahan saat terjadi gempa, karena strukturnya mengapung di atas air dan dapat terhindar dari kerusakan bangunan.

Desain struktur yang mampu melindungi dari bencana alam seperti gempa, adalah sebuah struktur yang kokoh, tahan gempa dan berbobot ringan, serta dapat mengapung di atas air. Desain seperti inilah yang saat ini sedang dikembangkan oleh para ahli bidang terkait, untuk memaksimalkan penggunaan lahan dan meminimalkan kerusakan saat terjadi gempa. Dengan sistem struktur tersebut, dapat menyelamatkan manusia dan barang-barang yang berada pada bangunan dan mampu menghindarkan kerusakan dari struktur itu sendiri saat terjadi gempa.

Selain memberikan dampak positif, tentu ada juga dampak negatif dari sistem ini yang harus sangat diperhatikan yaitu adalah ombak. Mengingat ombak yang berada di pantai dan laut sangat tidak dapat dipastikan apalagi jika terjadi tsunami seperti yang terjadi di aceh dan di jepang baru-baru ini. Sehingga perlu perencanaan yang matang sebelum kita akan menggunakan sistim VLFS ini.

Pengembangan wilayah pantai, selalu menarik perhatian banyak pihak. Karena selain dapat dijadikan sebagai akselerator finansial suatu negara, pantai juga berpotensi besar untuk menyelesaikan permasalahan pengembangan wilayah, melalui kegiatan reklamasi pantai.

Namun, mengingat kegiatan reklamasi pantai tidak terlepas dari intervensi manusia, maka aktivitas tersebut tentu dapat memberikan dampak buruk terhadap imbangan lingkungan juga. Sehingga berpotensi besar memicu terjadinya perubahan ekosistem.  Selain itu, biaya yang dibutuhkan juga tidak sedikit, khususnya untuk kegiatan dredging.

Gambar diatas adalah mega float ,bandara internatonal terapung di pantai Tokyo, Jepang.

Sebagaimana diketahui, setiap pengembangan wilayah pantai hampir dipastikan akan menelan biaya besar dan memerlikan teknologi tinggi, karenaterkait dengan berbagai kepentingan. Pendek kata pekerjaan pengembangan wilayah pantai merupakan suatu megaproyek, baik dari sisi investasi dan wujud fisik struktur yang ditangani.

hanya sekedar review, tidak mengulas detail, suwun.

sumber : technokonstruksi majalah

Pengalamanku mborong part 2


bulan maret 2011 aku mulai lagi proyek konstruksiku kali ini adalah rumah dari temanku di kampus. Rio Kurniawan Untoro dialah temanku dari kalimantan, dia tinggal di perumahan kampoeng semawis perumahan di samping gedung utama Universitas Muhamadiyah Semarang

Pertama-tama teman saya ini ada ide untuk bangun rumah karena rumahnya yang sangat sempit dengan 1 kamar, 1 kamar mandi, 1 dapur dan 1 ruang tamu. Bisa dibilang rumah tipe 27, waktu saya masuk rumahnya memang sempit sekali tapi ada lahan kosong dibelakang rumahnya sekitar 42 m2 bisa deh untuk dibangun bangunan baru tingkat 2.

Sekilas Bentuk rumahnya ini hanya bentuk perencanaan tetapi banyak perubahan dalam pelaksanaannya sesuai dengan keinginan owner.

.

Gambar 3d Perencanaan walaupun tidak sesuai dengan pelaksanaan karena ada perubahan sesuai permintaan owner. Oh, ya saya disini bisa dibilang tidak terlalu berkontribusi karena dari gambar sampai pelaksanaan ayah saya Ir. Gudadi, MT lah yang banyak berkontribusi. hehe.

Setelah gambar disepakati dan disertai dengan perhitungan kasar kemudian kami menandatangani kontrak perjanjian dimana kedua belah pihak harus mematuhi segala yang tertera pada perjanjian.

Pekerjaan galian tanah

Sebelum mulai pekerjaan ini, saya diberi tahu papa saya, kalo tanah di perumahan ini dulu adalah “bung” atau sering disebut kuburan cina. Yang sudah tidak ada ahli warisnya, sehingga kuburan tersebut dipindahkan, dan sekarang digunakan untuk kepentingan perumahan.

Wah pekerjaan yang satu ini saya sangat takjub dengan 2 tukang saya itu (satu tukang satu tenaga) hanya pada saat pekerjaan tanah, kecintaan mereka itu lo terhadap pekerjaan mereka sehingga pekerjaan tanah hanya dengan waktu 2 hari sudah siap pasang pondasi seminggu kolom sudah berdiri, 1 minggu lewat sudah mulai pekerjaan pelat lantai. Lalu saya coba iseng2 tanya sama mereka . “Pak kok nggali tanahnya cepet banget pak? ” jawab mbah alias tenaga itu ternyata, “Macul iku pinuk wes suwe aku rak macul” maksutnya bahwa macul atau gali tanah itu menyenangkan sudah lama dia tidak macul. Wah pantes aja kerjanya cepet banget karena mereka ternyata cinta banget sama pekerjaannya (patut ditiru) proyek ini yang direncanakan 3 bulan, mungkin akan selesai tepat waktu atau kemungkinan besar lebih cepat. Amin

Galian Tanah Pondasi Batu Kali dan Footplat

Gambar di atas seperti namanya dan itulah tujuan galian tanah ini, sedalam 60 cm, untuk pondasi footplat nya 60 cm dari galian batu kali di gali lagi 15 cm.

Galian tanah untuk footplat

Kalo gambar yang diatas ini galian tanah untuk footplat saja tanpa batu kali disamping2nya, karena tidak ada dinding penyekat disekitar footplat. Kayak kolom2 di masjid gitu, untuk sloof disekitar footplat ini digunakan sloof gantung.

Yah mungkin proses pembangunannya hampir sama atau bisa dibilang sama kayak pembangunan rumah rumah biasa, yang membedakan mungkin dari segi finishing berupa dinding kaca dan lantai dari parket (motif kayu dari vinyl).

 Setelah selesai pekerjaan pondasi ini baik footplat maupun batukali, tanah kembali diurug sampai batu kali tertutup hingga hanya permukaannya saja yang terlihat, kalo footplatnya ya sampe bener-bener ketutup. Kalo udah ganti pekerjaan sloof sekarang, dilakukan pembesian sloof dimana besi kolom harus sudah tertanam pada saat pekerjaan ini, entah kolom itu bertumpu pada footplat atau batukali. Kemudian sloof yang berada diatas batukali dicor dan sloof gantung dicor diatas tanah yang sudah disiapkan. Seperti gambar dibawah saat pengecoran sloofnya.

yah itulah sedikit kurang fotonya pada saat pengecoran sloofnya. Ntar habis ini baru ngecor kolomnya.

Sebelum ngecor kolom tentu pasang dulu bekistingnya, saya pakai 3 jenis kayu ini untuk bekisting kolom, sloof n plat. pertama kayu sengon, kayu randu dan kayu glugu (pohon kelapa). ya ingin tau mana yang lebih efisien, tp memang bekisting kayu itu kurang sustainable, karena merusak ekosistem, lebih baik menggunakan bekisitng pelat baja kalau ada uang, tapi gimana lagi kontraktor kecil gak da apa2. hehehe

Kalau sudah di cor kolomnya, brickwall (pasangan batanya) boleh donk ikut dipasang. sampai setinggi 1 – 1,5 meter aja ya perhari karena tkut roboh, tapi kalau tukangnya udah pengalaman bisa lah 1,5 meter, tp masangnya juga harus hati-hati ya ? harus lurus, kalo nggak lurus nanti plesterannya terlalu tebal, gak efisien donk, :).

Kalau udah dipasang batanya sampai ketinggian 3,5 meter, sekarang waktunya persiapan perancah bambu untuk pelat lantai 2 dan balok gantungnya. Kalau sudah sekalian pembesiannya n bekisitng untuk baloknya ya . . . sip sip

  nah sekarang, perancah sudah siap n tulangan juga sudah siap, nih pelat lantai pakai tulangan two ways slab .sekarng saatnya pinjam molen karena saya tidak punya molen, tinggal di bekisting n dicor, 1 hari boleh selesai lah ini. 🙂 ada juga pelat lantai yang kantilever untuk keperluan balkon belakang, untuk bersantai2 sambil melihat pemandangan belakang rumah dari lantai 2 .

Kalau pelat dan balok sudah dicor sambil menunggu hari, bisa lah sambil mlester-mlester dan ngerjain lain-lain.

oke kalau semua sudah selesai beton sudah kering, lanjutlah pasang brickwall lantai 2 plus cor kolom

yah, itu sudah semua, kuda2 dengan baja ringan, tukangnya dari baja ringan itu sendiri, setelah itu boleh pasang genteng beton kemudian pasang plafon gypsum, elektrikal dan titik lampu, lampu downlight kemudian buat tangga, setelah buat tangga lantainya memakai parket kayu asli, dan dinding kaca dengan kusen alumunium seperti dibawah. bagi yang ingin jasa buat rumah saya atau pesen parket dapat hubungi saya.sekian dan terima kasih




Green City untuk mewujudkan Sustainability City


Penataan kota yang merujuk pada konsep “green city” atau kota hijau, tidak sekedar mengedepankan pembangunan ruang terbuka hijau (RTH), melainkan juga merencanakan dan menata ulang kota secara sehat dan ekologis.

Konsep Green City  atau kota hijau muncul pertama kali dalam pertemuan PBB yang dihadiri lebih dari 100 walikota dan gubernur di San Fransisco, Amerika Serikat, pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tahun 2005 lalu. Pertemuan tersebut, diantaranya melahirkan kesepakatan bersama mewujudkan pengembangan kota dengan konsep ‘kota hijau’.

Adapun mengenai konsep kota hijau yang ditawarkan, adalah perlunya pemerintah  memanfaatkan energi matahari, udara dan air untuk mewujudkan green building dan green businnes  pada proyek-proyek restorasi lingkungan kota, pertamanan kota dan penghijauan kota.Secara individu , penduduk kota diharapkan juga memiliki kebiasaan menggunakan kendaraan umum, berjalan kaki, bersepeda atau mengunakan angkutan berbahan bakar non fosil.

Pertumbuhan populasi kota yang sangat cepat, berdampak pada penurunan kualitas kota tersebut, baik sosial maupun lingkungan serta mengakibatkan pertumbuhan kota yang tidak berkelanjutan (sustainability) secara ekologis, sosial maupun ekonomis menjadi inti dalam konsep Green city. Kota juga harus mulai mencari cara untuk mewujudkan green city, demi memperbaiki dan membangun kembali hubungan yang harmoni antara manusia dan alam, serta memaksimalkan kesejahteraan manusia penghuninya. Dan aspek penting dalam green city, adalah keterlibatan masyarakat dalam membuat keputusan.

Konsep Green City

“green city merupakan frase yang sering digunakan dalam mengangkat  isu ekologis ke dalam konsep perencanaan kota yang berkelanjutan dan perwujudan green city merupakan tantangan ke depan dalam pembangunan perekonomian yang berkelanjutan,” demikian Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dalam keynote speech-nya yang berjudul Green Cities : Challenge towards Sustainable Urban Development.

Menurut Imam S.Ernawi, kota-kota di Indonesia yang padat, terutama berada di wilayah pulau Jawa dan Bali, dimana hampir 55% populasinya hidup di wilayah perkotaan. Kondisi tersebut , akan menimbulkan berbagai permasalahan di perkotaan, seperti degradasi lingkungan, masalah sosial, ekonomi dan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan paket kebijakan responsif yang mengedepankan pembangunan berkelanjutan, sehingga dapat terwujud kualitas lingkungan yang lebih baik, untuk saat nii maupun generasi mendatang.

Beberapa aspek krusial yang harus dipertimbangkan dalam menyusun kebijakan dan strategi pembangunan perkotaan, antara lain : harus dapat menyelesaikan permasalahan urbanisasi dan kemiskinan di kawasan pedesaan, kewajiban kota untuk menyediakan ruang hijau (RTH) minimal 30% dari luas wilayahnya, pengutamaan aspek perubahan iklim dalam kebijakan pembangunan, serta mengutamakan mitigasi dan risiko bencana.” jelas Imam S.Ernawi

p

Sementara itu , Prof. Joerg Rekittke dari National University Singapore dalam paparannya menjelaskan menjelaskan tentang konsep green city yang cukup menarik dan “out the box” dalam perencanaan landscape, yakni mengenai konsep “Urban Jungle”. Konsep ini, merupakan perencanaan ruang terbuka hijau kota dengan tipologi hutan tropis yang memiliki multiple layer vegetation.

Ruang terbuka hijau dalam konsep green city mencakup empat hal :

  1. Taman berskala bertetanggaan (neighbourhood park)
  2. Taman lingkungan (community park)
  3. Taman kota (city park)
  4. Taman umum (public park)
Taman-taman ini merupakan tempat interaksi antarwarga lingkungan. Untuk itu perlu membuka akses terhadap taman-taman tersebut, mengingat taman-taman kota yang ada skarang sulit diakses, karena lalu lintas disekitar taman yang padat dan kebanyakan merupakan taman pasif.
pustaka : technokonstruksi majalah , edisi 17 september 2009